MINEWS.ID, JAKARTA – Soal kekayaan alam yang eksotis di Indonesia, tanah Papua lah tempatnya. Salah satunya Taman Nasional Lorentz yang dijadikan google doodle, Rabu 4 Desember 2019 ini.
Bukan hanya eksotis, dengan luasnya yang 2,4 juta hektar membuatnya menjadi tempat preservasi terluas dan terbesar di Asia Tenggara. Bahkan badan PBB, UNESCO mengakuinya sebagai salah satu situs warisan dunia.
Meskipun sudah ditetapkan sebagai taman nasional dan warisan dunia, namun Lorentz hingga kini masih belum dipetakan dan dijelajahi dengan cermat sehingga belum diketahui jenis tanaman, hewan endemik maupun budaya asli manusia yang mendiami wilayah tersebut.
Bukan hanya hal-hal yang berada di atasnya membuat Lorentz menjadi menarik. Wilayah tersebut menarik karena kandungan yang tersembunyi di dasar tanahnya.
Diketahui banyak persediaan mineral di dalam perutnya bahkan operasi pertambangan berskala besar juga aktif di sekitar taman nasional tersebut.
Namun, Proyek Konservasi Taman Nasional Lorentz juga terdiri dari sebuah inisiatif masyarakat untuk konservasi komunal dan warisan ekologi.
Salah satu pemetaan terhadap taman itu dilakukan WWF-Indonesia Region Sahul Papua dari 2003-2006 yang berfokus kepada wilayah adat di dalamnya. Ya, selain flora dan fauna, banyak masyarakat adat yang beribu tahun bermukim di dalamnya seperti Suku Asmat, Dani, Sempan, dan Nduga.
Wilayah itu juga termasuk salah satu habitat alam yang menarik di dunia. Lorentz adalah satu dari tiga tempat di dunia yang memiliki gletser di daerah tropis.
Di dalamnya juga terdapat 34 tipe vegetasi seperti hutan rawa, hutan kerangas, hutan sagu, padang rumput, dan hutan pegunungan,
Aneka satwa yang mendiami wilayah tersebut pun tercatat 630 jenis burung dan 123 mamalia seperti kasuari, megapoda, burung madu, babi durung moncong panjang, babi duri moncong pendek, kus-kus, juga kucing hutan dan masih banyak lainnya sehingga membuatnya sebagai ekosistem terlengkap keanekaragaman hayatinya di Asia Pasifik.
Sebagai sebuah cagar alam, Taman Nasional Lorentz memang belum terlalu dijelajahi dan dikunjungi banyak orang. Hal ini disebabkan ekosistem yang terdapat di taman nasional tersebut masih belum bisa dijangkau dan masih terjaga keutuhannya. Semoga akan terus utuh agar tetap berfungsi sebagai paru-paru dunia.