MATA INDONESIA, KIEV – PBB melaporkan, invasi Rusia ke Ukraina telah menewaskan sedikitnya 549 warga sipil, di mana 41 di antaranya merupakan anak-anak. Namun, PBB meyakini bahwa jumlah korban meninggal dunia sebenarnya jauh lebih tinggi.
Selain itu, sebanyak 957 warga sipil dilaporkan mengalami luka sejak serangan Presiden Vladimir Putin mengeluarkan intruksi invasi pada 24 Februari 2022, menurut Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB.
“Sebagian besar korban sipil yang tercatat disebabkan oleh penggunaan senjata peledak dengan area dampak luas, termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem roket multi-peluncuran, serta serangan rudal dan udara,” demikian dilaporkan Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB.
“OHCHR percaya bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi, terutama di wilayah yang dikuasai pemerintah dan terutama dalam beberapa hari terakhir,” sambungnya, melansir CNBC, Jumat, 11 Maret 2022.
OHCHR itu juga mengatakan bahwa pihaknya mendapatkan informasi dari lokasi di mana permusuhan intens telah terjadi telah tertunda. Banyak laporan masih menunggu konfirmasi, tambah OHCHR.
“Ini menyangkut, misalnya, kota-kota Volnovakha, Mariupol, Izium, di mana ada dugaan ratusan korban sipil,” kata kantor itu, mencatat bahwa laporannya tidak termasuk statistik korban dari daerah-daerah itu.
Laporan tersebut mencatat bahwa Komisioner Parlemen Ukraina untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa sebanyak 61 anak meninggal dunia dan 100 lainnya terluka.
Kantor Komisaris Hak Asasi Manusia PBB melaporkan statistiknya didasarkan pada informasi dari orang yang dapat dihubungi dan mitra di tempat-tempat di mana korban sipil terjadi.
Laporan itu muncul ketika para pejabat Ukraina mengutuk serangan udara Rusia di sebuah rumah sakit anak-anak di kota pelabuhan Mariupol sebagai kejahatan perang. Sebanyak tiga orang, salah satunya seorang anak, tewas dalam serangan itu, yang menyebabkan anak-anak lain terperangkap di bawah puing-puing, kata para pejabat.