MATA INDONESIA, DEN HAAG – Badan Intelijen dan Keamanan Belanda (AIVD) berhasil mengetahui pergerakan terduga dua mata-mata Rusia yang bertugas sebagai diplomat di Kedutaan Besar Rusia di Den Haag. Mata-mata yang berasal dari Dinas intelijen Asing Rusia (SVR) itu pun telah diusir oleh Otoritas Belanda.
Melansir AFP, AIVD berhasil membongkar jaringan mata-mata tersebut yang menargetkan industri teknologi canggih. Pihak AIVD mengatakan, mata-mata Rusia tersebut membangun jaringan sumber ‘substansial’ yang bisa merusak kepentingan nasional Belanda.
Salah satu dari mata-mata itu menargetkan orang-orang yang bekerja di sektor teknologi tinggi Belanda, terutama perusahaan yang mengurusi kecerdasan buatan, semikonduktor dan nanoteknologi untuk digunakan dalam penerapan sipil maupun militer. Sementara satu warga Rusia lainnya, sebut AIVD, memainkan ‘peran pendukung’.
“Beberapa individu dibayar oleh agen intelijen sebagai imbalan untuk informasi (yang diberikan),” ujar Dinas Intelijen Belanda.
Pengumuman ini disampaikan sehari setelah Badan Obat-obatan Eropa yang berkantor di Belanda terkena serangan siber yang menargetkan data vaksin virus Corona (COVID-19). Tidak ada indikasi bahwa kedua insiden itu saling terkait.
Sementara Menteri Dalam Negeri Belanda Karin Ollongren mengatakan bahwa jaringan mata-mata kemungkinan besar menyebabkan gangguan terhadap perekonomian dan keamanan nasional Belanda. Ia juga mengungkapkan bahwa Duta Besar Rusia telah dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri Belanda untuk memberikan penjelasan.
Pengusiran tersebut mendapat kecaman dari Otoritas Rusia. Mereka menilai tindakan tersebut sebagai langkah ‘provokatif’ dengan tuduhan tak berdasar dan menyatakan akan membalasnya.
Ketua Komisi Urusan Luar Negeri pada parlemen Rusia, Duma, Leonid Slutsky, menyatakan Rusia akan ‘dipaksa mengambil tindakan yang setimpal’.
“Saya yakin bahwa respons yang pantas akan menyusul tepat pada waktunya,” sebut Slutsky seperti dilansir kantor berita Interfax.
Kasus ini berpotensi semakin memperburuk hubungan antara Belanda dan Rusia yang membeku sejak ditembak jatuhnya pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH17 tahun 2014 lalu.