MATA INDONESIA, JAKARTA-Insentif tarif pungutan ekspor secara progresif berdasarkan harga minyak sawit mentah (CPO) internasional dan rantai nilai industri telah mendorong investasi di sektor industri hilir pengolahan minyak sawit di dalam negeri.
Adapun tarif pungutan ekspor progresif terdiri atas tarif pungutan dana perkebunan/levy dan tarif bea keluar yang ditetapkan dinamis sesuai harga referensi bulanan.
Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan dengan kebijakan tarif levy ditambah bea keluar yang progresif, beberapa perusahaan perkebunan yang sebelumnya hanya memiliki kebun, saat ini telah dan sedang membangun industri pengolahan minyak sawit di dalam negeri.
Hal tersebut merupakan langkah Kemenperin yang dipertahankan sebagai upaya hilirisasi berbasis CPO dan crude palm kernel oil (CPKO). Sebab, lanjut Putu, tarif pungutan ekspor untuk bahan baku CPO/CPKO jauh lebih tinggi daripada produk intermediate dan produk hilir.
Upaya itu disebut sebagai insentif bagi industri pengolahan dalam negeri. Langkah lainnya, Kemenperin juga menyiapkan kawasan industri sebagai lokus investasi baru/perluasan industri hilir kelapa sawit, mengusulkan pemberian harga khusus gas bumi untuk industri oleokimia dan memfasilitasi promosi investasi industri hilir sawit di berbagai ajang internasional seperti tahun ini di Hannover Messe, Jerman, dan Dubai Expo.
Sampai saat ini, kata dia hanya produk ekspor biodiesel dari minyak sawit yang masih menghadapi hambatan trade remedies, khususnya dari Uni Eropa. Sejak 2016, Kemenperin telah aktif dalam working group untuk menyiapkan data industri sebagai bahan litigasi sidang WTO.
Sepanjang Januari-Juli 2021, total ekspor nasional mencapai 120,58 miliar dolar AS. Sementara itu, nilai ekspor kelapa sawit dan produk turunannya menembus 19,4 miliar dolar AS atau berkontribusi sebesar 16,09 persen terhadap total ekspor Indonesia tersebut.
Nilai ekspor kelapa sawit dan produk turunannya itu mengalami kenaikan 55,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar 12,44 miliar dolar AS.
Bahkan, selama lima tahun terakhir, nilai ekspor kelapa sawit dan produk turunannya mengalami tren perkembangan yang positif sebesar 1,98 persen. Putu mengemukakan telah banyak berkembang investasi baru atau perluasan usaha di sektor industri oleofood, oleokimia, dan biofuel.