MATA INDONESIA, JAKARTA-Inflasi menjadi hal yang perlu diwaspadai oleh masyarakat karena dampak krisis energi global yang sudah rembes ke sektor ekonomi riil.
Terlebih lagi, baru-baru ini pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa ketidakpastian global dapat memberikan tekanan terhadap inflasi dan kenaikan harga komoditas energi dan pangan.
Hal itu sebagai akibat dari peningkatan permintaan serta disrupsi rantai pasok mendorong peningkatan inflasi yang signifikan di berbagai negara seperti Turki, India, Korea Selatan, Inggris, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Rusia.
“Sejalan dengan inflasi Indonesia dalam tren meningkat dan berada di atas sasaran inflasi sebesar 3 plus minus satu persen, namun inflasi kita masih relatif terkendali,” kata Airlangga.
Di bulan Agustus 2022, inflasi Indonesia tercatat sebagai 4,69 persen yoy lebih rendah dibandingkan inflasi Juli sebesar 4, 94 persen.
Inflasi Indonesia juga meningkat di bulan Juli didorong oleh lonjakan inflasi volatile food yang tercatat sebesar 11,47 persen year-on-year dan telah berhasil ditekan di bulan Agustus menjadi 8,93 yoy seiring dengan upaya TPIP dan TPID yang melakukan ekstra effort pengendalian inflasi.
Meskipun saat ini dampak dari kondisi global sulit dikendalikan, namun pemerintah mengupayakan menjaga harga domestik yang supply changed-nya dapat benar-benar dapat dikendalikan yaitu utamanya adalah komoditas pangan.
“Pemerintah akan terus memonitor pergerakan harga komoditas pangan agar dapat segera melakukan antisipasi apabila terjadi lonjakan harga,” kata Airlangga.
Pasca kenaikan harga BBM jumlah komoditi pangan seperti cabai bawang merah mengalami kenaikan harga. Namun demikian, menurut Airlangga kondisi saat ini pergerakan masih cenderung menurun dan stabil.
Selain cabai dan bawang, komoditas lain yang mendapat perhatian dan harus dijaga adalah beras.