MATA INDONESIA, JAKARTA-Gerhana matahari terjadi ketika bulan berada tepat segaris diantara matahari. Saat itu, satelit bumi menghalangi cahaya matahari jatuh ke bumi.
Fenomena alam tersebut memang tak terjadi setiap saat, hanya pada waktu tertentu bahkan setahun sekali. Dalam ajaran Islam, gerhana matahari disebut kusuf yang artinya menutupi. Sehingga kusuf al-Shamsi bermakna menggambarkan bulan menutupi matahari, baik sebagian maupun seluruhnya
Peristiwa gerhana ini hanya terjadi sekali di zaman Nabi Muhammad SAW. Hari munculnya gerhana matahari bertepatan dengan wafatnya Ibrahim, putra beliau dari Mariyah. Hal ini menimbulkan anggapan di masyarakat bahwa gerhana matahari terjadi karena wafatnya Ibrahim.
“Di masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari ketika hari kematian Ibrahim. Kemudian orang-orang mengatakan bahwa munculnya gerhana ini karena kematian Ibrahim.
Lantas Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka salat dan berdo’alah” (HR. Bukhari).
Sebagian masyarakat menilai bahwa terjadinya gerhana matahari merupakan fenomena ilmiah yang bisa dinalar. Gerhana matahari juga dianggap sebagai tontonan yang menarik dan bisa disaksikan bersama-sama dengan orang terkasih.
Namun, sebagai umat Muslim, gerhana matahari merupakan peristiwa penting yang secara langsung menjukkan kekuatan Sang Pencipta, Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Fushshilat: 37, “Dan dari sebagian tanda-tanda-Nya adalah adanya malam dan siang serta adanya matahari dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari atau bulan tetapi sujud lah kepada Allah Yang Menciptakan keduanya”
Berkaitan dengan gerhana matahari, agama Islam mensyariatkan beberapa hal, antara lain memperbanyak do’a, zikir, istighfar, takbir, salat gerhana dan sedekah.
Dari Aisyah, Nabi Muhammad SAW bersabda “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah” (HR. Bukhari Muslim).
Menurut Jumhur Ulama (Shāfi’iyyah dan Mālikiyah), salat gerhana matahari hukumnya sunnah muakkadah, sedangkan Hanafiyyah mengatakan hukumnya wajib.
Salat gerhana terdiri dari dua rakaat dan dapat dilaksanakan berjamaah di masjid maupun sendiri saja. Dalam pelaksanaannya, setelah melaksanakan salat gerhana bisa diiringi dengan khutbah atau tanpa khutbah.
Islam menepis tentang mitos-mitos yang berkembang dalam masyarakat terkait gerhana matahari. Banyak masyarakat yang melakukan hal-hal yang tidak masuk akal ketika fenomena ini terjadi. Sebagian masyaraktan akan membunyikan suara nyaring untuk mengusir bulan memakan matahari. Sebagian lagi akan bersembunyi karena takut akan tertimpa musibah.
Padahal, fenomena ini merupakan bukti kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua macam tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukan karena kematian seseorang atau kehidupannya. Maka jikalau kamu melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, bersedekahlah serta salatlah” (HR. Bukhari-Muslim).
Banyak hikmah yang bisa diambil dari terjadinya gerhana matahari. Peristiwa ini menunjukan ketundukan alam pada Sang Pencita. Maka selayaknya, sebagai umat Muslim, harus menunjukan ketaatan kepada Allah SWT.
Matahari dan bulan selalu berjalan beriringan, serta dapat menimbulkan fenomena langka, seperti gerhana matahari. Ini mengajarkan bahwa manusia dapat berjalan secara beriringan dan bersampingan, oleh karena itu umat Muslim dianjurkan untuk banyak bersedekah.
Selain itu, gerhana matahari merupakan salah satu tanda datangnya kiamat. Abu Musa al-Asy’ari RA mengatakan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat.” (HR Muslim). Oleh karena itu, pada saat gerhana matahari terjadi sebaiknya perbanyak beristigfar.
Reporter: Diani Ratna Utami