MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan mendorong ekspor barang industri dan industri berteknologi tinggi seperti besi baja, kendaraan bermotor dan bahkan perhiasan untuk kembali mencatat surplus tahun ini. Komoditas itu telah mencatat surplus perdagangan tahun lalu.
Transformasi itu, untuk meraih target perdagangan 2021 yang ditetapkan dalam rencana strategis Kemendag, yaitu pertumbuhan ekspor nonmigas 6,3 persen, serta pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) subsektor perdagangan besar dan eceran, bukan mobil dan sepeda motor sebesar 4,8 persen.
“Sepuluh produk utama ekspor nonmigas Indonesia telah berkontribusi sebesar 59,8 persen terhadap kinerja ekspor nonmigas pada 2020,” ujar Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang dikutip Sabtu 30 Januari 2021.
Besi dan baja tetap akan diekspor ke Cina seperti pada 2020 saat komoditas itu menempati urutan ke-3 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi 7 persen atau 10,85 miliar dolar AS. Indonesia dikenal sebagai penghasil komoditas itu terbesar kedua di dunia setelah Cina.
Sementara itu, kendaraan bermotor dan suku cadangnya pada 2020 menempati urutan ke-6 pada
ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 4,3 persen atau senilai 6,6 miliar dolar AS.
Sedangkan, komoditas perhiasan juga menjadi andalan ekspor Indonesia karena menempati urutan ke-5 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 5,3 persen dengan nilai 8,2 miliar dolar AS. Hampir 80 persen produk perhiasan diekspor ke Singapura, Swiss, dan Jepang.
Indonesia juga akan membuka membuka pasar yang lebih luas, dengan meningkatkan ekspor ke negara-negara nontradisional.
Ekspor Indonesia pada 2020 ke sejumlah kawasan nontradisional di tengah Pandemi Covid19 tumbuh cukup tinggi yaitu ke Eropa Barat meningkat 17,07 persen, Australia 14,52 persen, dan Eropa Timur 99,9 persen.
