Ilmuwan Coba Hitung Akhir Alam Semesta, Kapan Kiamat?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Fenomena ledakan bintang di galaksi atau supernova coba dihitung oleh seorang Ilmuwan bernama Matt Caplan dari Illinois State University.

Ia juga membuat perhitungan tentang akhir alam semesta. Penelitian ini telah diterbitkan pada 7 Agustus di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.

Melansir Space.com, Caplan menggambarkan bahwa saat alam semesta ‘mati’, maka akan menjadi ‘tempat yang sedikit menyedihkan, sepi dan dingin’.

“Akhir alam semesta dikenal sebagai ‘kematian panas’, di mana alam semesta sebagian besar akan menjadi lubang hitam dan bintang yang terbakar,” ujarnya, Senin 17 Agustus 2020.

Dalam studi terbarunya, Caplan memprediksi bahwa bintang masif meledak dalam supernova, ketika besi menumpuk di intinya dan terakumulasi sehingga memicu keruntuhan bintang.

Bintang yang lebih kecil seperti katai putih tentu tidak memiliki gravitasi dan kepadatan untuk menghasilkan besi ini.

Namun, Caplan menemukan bahwa seiring berjalannya waktu, katai putih mungkin menjadi redup, membeku dan menjadi bintang ‘katai hitam’ yang dapat menghasilkan besi.

“Bintang bersinar karena fusi termonuklir dan itu cukup panas untuk menghancurkan inti kecil bersama-sama untuk membuat inti yang lebih besar, yang melepaskan energi,” katanya.

Caplan mencatat bahwa fusi ini adalah kunci untuk membuat besi di dalam katai hitam dan memicu supernova. Ia kemudian menghitung bahwa yang pertama dari supernova katai hitam ini akan meledak dalam waktu sekitar 10 pangkat 1.100 tahun.

Lalu diikuti oleh bintang yang semakin kecil hingga tidak ada yang tersisa dan diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar 10 pangkat 3.200 tahun.

“Sulit untuk membayangkan apapun yang terjadi setelah itu. Supernova katai hitam mungkin hal menarik terakhir yang terjadi di alam semesta. Mereka mungkin supernova terakhir yang pernah ada,” ujarnya.

Ia juga menggambarkan bahwa setelah supernova terakhir meledak, galaksi akan tersebar, lubang hitam akan menguap, dan perluasan alam semesta akan menarik semua objek yang tersisa sejauh ini, sehingga tidak ada yang akan melihat yang lain meledak.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Swasembada Pangan dan Energi Jadi Pilar Kedaulatan Ekonomi Nasional

Indonesia menempatkan swasembada pangan dan energi sebagai prioritas utama dalam strategi pembangunan nasional. Langkah ini bukan sekadar ambisi politik, melainkan kebutuhan mendesak untuk membangun fondasi kemandirian ekonomi yang berkelanjutan. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan dukungan geografis yang strategis, Indonesia memiliki modal kuat untuk mewujudkan cita-cita besar ini. Dalam evaluasi enam bulan awal kepemimpinannya, Presiden Prabowo Subianto memberikan apresiasi tinggi terhadap pencapaian luar biasa di sektor pangan dan energi nasional. Hasil produksi pangan telah berhasil melebihi proyeksi awal dengan capaian bersejarah berupa stok beras dan jagung terbesar yang pernah dimiliki Indonesia. Sementara itu, di sektor energi, peresmian operasional perdana sumur Forel dan Terubuk di wilayah Natuna berhasil menambah kapasitas produksi sebesar 20 ribubarrel minyak dan 60 juta standar kaki kubik gas harian. Prestasi ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kapasitas nyata untuk mencapai kemandirian di kedua sektorvital tersebut. Konsep swasembada yang sesungguhnya tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhandomestik semata. Seperti yang ditegaskan ekonom INDEF Muhammad Rizal Taufikurahman, swasembada berarti kemampuan memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus menghasilkan surplus untuk ekspor. Definisi ini menempatkan Indonesia tidakhanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan eksportir yang mampuberkontribusi pada pasokan global. Sektor pertanian telah membuktikan perannya sebagai tulang punggung ekonominasional. Sektor ini menjadi penyangga stabilitas sosial ekonomi masyarakat. Kontribusinya terhadap PDB menunjukkan bahwa investasi pada sektor ini akanmemberikan dampak berganda yang signifikan. Ketika produktivitas pertanianmeningkat, efeknya akan merambat ke sektor-sektor lain, menciptakan ekosistemekonomi yang lebih kuat dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini