MATA INDONESIA, JAKARTA-Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara, Doddy Ariefianto mengatakan pentingnya digitalisasi usaha bagi bisnis yang dimiliki wong cilik.
Menurut Doddy, hal itu menjadi faktor krusial bagi pelaku usaha untuk tumbuh dan berkembang. Pasalnya, digitalisasi usaha dapat mendorong permintaan pasar yang lebih besar sekaligus efisiensi bisnis.
“Holding ultra mikro antara BRI, Pegadaian dan PNM ini adalah rencana yang sangat tepat. UMKM harus mampu bangkit secara cepat melalui adopsi digital yang lebih baik ke depannya,” katanya, Senin 26 Juli 2021.
Dengan kehadiran holding, kata dia pelaku usaha akan didorong untuk masuk ke sistem pembiayaan formal. Dengan pendampingan intensif, pelaku usaha UMi juga harus mampu memanfaatkan berbagai inovasi digital banking yang berkembang saat ini, seperti e-commerce dan QRIS.
Doddy pun menyampaikan adopsi digital oleh pelaku usaha UMi dan UMKM akan sangat membantu mengoptimalkan investasi teknologi informasi pada BRI, Pegadaian dan PNM. Dengan integrasi, maka perangkat teknologi semakin lebih optimal seiring dengan upaya cross selling.
Upaya ini pada akhirnya akan mendongkrak peningkatan jumlah nasabah baru di segmen UMi dan UMKM yang masuk dalam sistem pembiayaan formal.
Ia mengatakan investasi teknologi itu mahal, dan perlu integrasi, sehingga ongkos yang dikeluarkan bisa lebih hemat karena disebar ke banyak pihak.
Nah, dengan adanya sinergi ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi pelaku mikro. Mereka membutuhkan pasar yang lebih besar untuk dapat naik kelas. Holding pun menyediakan jenjang jasa keuangan pelaku mikro yang lebih lengkap.
Sementara itu, Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara mengatakan hadirnya holding BUMN UMi melalui BRI, Pegadaian dan PNM yang mendorong digitalisasi usaha wong cilik akan memacu potensi pertumbuhan ekonomi masyarakat di tataran bawah.
Data usaha masyarakat kecil akan semakin terintegrasi untuk dikembangkan dan mempermudah mitigasi risiko di masa yang akan datang.
“Diharapkan juga informasi kredit menjadi lebih terintegrasi. Ini untuk menangkap potensi pertumbuhan sekaligus mitigasi risiko,” ujarnya.