Mata Indonesia, Kulon Progo – DPP Kabupaten Kulon Progo, dalam upaya menghadapi dampak El Nino terhadap pertanian, telah mencatat kesuksesan Peraturan Bupati (Perbup) Kulonprogo mengenai Tata Tanam Tahunan.
Plt Kepala DPP Kulon Progo, Trenggono Trimulyo, mengklaim bahwa puncak El Nino pada Juli-Agustus 2023 tidak berdampak negatif pada sektor pertanian di wilayah tersebut.
Ia menyatakan bahwa panen padi golongan II dengan irigasi teknis di Kulon Progo pada Juli-Agustus 2023 dan panen golongan I untuk palawija seperti jagung dan kedelai berjalan lancar, tanpa masalah.
Pentingnya Perbup 35/2022 tentang Tata Tanam Tahunan Periode 2022-2023 menjadi jelas saat panen berlangsung bersamaan dengan puncak El Nino.
“Panen bulan Juli hingga Agustus 2023 bertepatan dengan puncak El Nino pada bulan yang sama. Kondisi pertanian tetap stabil. Hingga saat ini, kami belum menerima laporan mengenai kegagalan panen akibat kekeringan, serangan hama, atau penurunan kualitas tanaman,” kata Trenggono, Rabu 30 Agustus 2023.
Trenggono menekankan bahwa El Nino seringkali berdampak pada kekeringan, gangguan musim tanam, serangan penyakit dan hama pada tanaman, serta fluktuasi harga produk pertanian. Oleh karena itu, Perbup ini memberikan manfaat signifikan bagi petani, karena sawah-sawah telah selesai dipanen atau siap untuk musim tanam pertama (MT I) yang akan dimulai bersama-sama pada bulan September 2023.
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Seksi Produksi Bidang Tanaman Pangan DPP Kulonprogo, Kirmi menjelaskan bahwa ada tiga kapanewon, yaitu Samigaluh, Kalibawang, dan Nanggulan, yang sawahnya termasuk dalam daerah irigasi kecil (DIK). Meskipun demikian, sawah-sawah ini tetap dapat ditanami padi seluas total 27 hektar pada bulan Agustus 2023.
Secara keseluruhan, untuk daerah irigasi (DI) Kalibawang dan DI Sapon, tanaman padi dapat ditanam seluas 2.798 hektar pada bulan September 2023.
Kirmi juga memberikan informasi mengenai hasil panen, dengan total panen padi sebesar 5.218 hektar pada bulan Juli dan Agustus, setara dengan 34.067 ton Gabah Kering Panen (GKP) atau sekitar 21.374 ton beras.
Harga rata-rata GKP di tingkat produsen berkisar antara Rp5.500 hingga Rp5.700, sementara harga gabah kering giling (GKG) berkisar antara Rp6.600 hingga Rp7.000. Harga beras medium berada di kisaran Rp10.700 hingga Rp11.000.