MATA INDONESIA, KABUL – Gaya vintage yang merupakan ciri khas dari Bioskop Ariana terlihat menonjol di pusat Kota Kabul, Afghanistan. Selama beberapa dekade, bioskop bersejarah tersebut telah menghibur warga Afghanistan.
Bioskop Ariana juga merupakan saksi perang, harapan, dan perubahan budaya di Afghanistan. Kini, pernak-pernik dan tenda yang memeriahkan bioskop tersebut dilucuti, termasuk berbagai poster dari film Bollywood dan film buatan Amerika Serikat.
Setelah resmi memerintah Afghanistan sejak 15 Agustus, Taliban memerintahkan Bioskop Ariana dan bioskop lainnya untuk berhenti beroperasi. Taliban mengatakan, mereka belum memutuskan apakah mereka akan mengizinkan film di Afghanistan.
Akibatnya, sebanyak 20 pegawai bioskop dipastikan menganggur. Semua pegawai itu muncul di tempat kerja, mencatat kehadiran mereka dengan harapan mereka pada akhirnya akan dibayar.
Beruntungnya, bioskop Ariana adalah salah satu dari empat bioskop di ibu kota yang dimiliki oleh pemerintah kota Kabul. Sehingga pegawainya adalah pegawai pemerintah yang akan tetap menerima gaji.
Sutradara Ariana, Asita Ferdous, wanita pertama di pos itu, bahkan tidak diizinkan masuk bioskop. Taliban memerintahkan pegawai pemerintah perempuan untuk menjauh dari tempat kerja mereka sehingga mereka tidak bergaul dengan laki-laki, sampai mereka menentukan apakah mereka akan diizinkan bekerja.
Salah satu bagian dari generasi muda Afghanistan, Ferdous bertekad mengukir ruang yang lebih besar bagi hak-hak perempuan. Tidak sedikit pihak yang mengatakan bahwa pengambilalihan Taliban telah menghancurkan harapan mereka.
“Saya menghabiskan waktu untuk membuat sketsa, menggambar, hanya untuk terus berlatih. Saya tidak bisa melakukan pameran lagi,” kata Ferdous yang berusia 26 tahun itu,
Periode pertama pemerintahan Taliban yakni tahun 1996-2001, kelompok itu memberlakukan interpretasi radikal dari hukum Islam yang melarang perempuan bekerja atau pergi ke sekolah – atau bahkan meninggalkan rumah dalam banyak kasus.
Kelompok Taliban juga menetapkan aturan menumbuhkan janggut dan shalat di masjid untuk kaum laki-laki. Taliban juga melarang musik dan seni lainnya, termasuk film dan bioskop.
Bagi Bioskop Ariana, ini adalah babak lain dalam sejarah enam dekade yang penuh gejolak. Bioskop Ariana dibuka tahun 1963. Arsitekturnya yang ramping mencerminkan semangat modernisasi yang coba dibawa oleh monarki yang berkuasa saat itu ke negara yang sangat tradisional.