Gara-Gara Prabowo Kalah, Aceh Bakal Adakan Referendum?

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Menyusul kekalahan pasangan Prabowo-Sandiaga dalam rekapitulasi suara nasional, di Aceh merebak wacana referendum yang menimbulkan polemik.

Pernyataan tersebut pertama kali dilontarkan mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Muzakir Manaf pada peringatan Haul Wali Nanggroe, Almarhum Tgk Muhammad Hasan Ditiro ke-9, Senin 27 Mei 2019 di Banda Aceh.

“Kita merasa sedih melihat keadaan saat ini, Pangdam saya minta maaf mungkin Aceh ke depan lebih baik adakan referendum, inilah hasrat bangsa Aceh karena kita tau bahwasannya Indonesia tidak lama lagi dijajah oleh asing mudahan mudahan tidak ada pertumpahan darah kita ikuti seperti Timor Timur,” kata Mualem panggilan Muzakir.

Di acara itu hadir Plt Gubernur Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, Kajati Aceh, Rektor Unsyiah Banda Aceh, Ketua Pengadilan Tinggi (masing-masing diwakili) serta para Bupati dan Walikota dari Partai Aceh, anggota DPRA Partai Aceh serta partai nasional.

Mualem menilai hutang Indonesia sudah tidak bisa dikendalikan. Dia mengaku mendengar ahli ekonomi negara-negara asing yang menyebutkan Indonesia tidak bisa lagi diselamatkan karena terlalu banyak berutang.

Rektor Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Purwo Santoso menduga pernyataan Muzakir Manaf tersebut, ada kaitannya dengan kekalahan Prabowo Subianto secara nasional. Sebab, Muzakir dikenal dekat dengan Prabowo.

Namun, Mantan Menteri Pertahanan GAM, Zakaria Saman, menyatakan sebaliknya. Lelaki yang panggilan akrabnya Apa Karya itu menganggap Mualem tidak memiliki kapasitas menyatakan hal tersebut.

Pasalnya, masih banyak persoalan di Aceh yang belum terselesaikan, dan seharusnya menjadi fokus para pemimpin di Aceh dan tanggung jawab GAM untuk diselesaikan.

Menurut Apa Karya, mereka yang berhak bicara soal referendum adalah orang yang dituakan di GAM seperti Wali Nanggroe, Malik Mahmud dan dr Zaini Abdullah.

Apa menganjurkan agar masyarakat Aceh sekarang fokus untuk memakmurkan diri terlebih dahulu untuk kemajuan daerah itu.

Jika disimak dari hasil rekapitulasi suara nasional di Komisi Pemilihan Umum (KPU) suara pasangan Jokowi-Ma’ruf sangat kecil dibandingkan pasangan Prabowo-Sandiaga.

Pasangan 01 (Jokowi-Ma’ruf) di provinsi paling barat Indonesia itu hanya memperoleh 404.188. Sedangkan pasangan 02, 2.400.746 suara.

Sementara secara nasional, Prabowo-Sandiaga hanya memperoleh 68.650.239 suara, sedankan Jokowi-Ma’ruf 85.607.362 suara.

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini