MATA INDONESIA, JAKARTA-Kematian burung pipit massal secara mendadak menjadi fenomena yang saat ini membuat penasaran banyak pihak. Setelah di Bali, sebelumnya pernah terjadi hal serupa di Sukabumi, Jawa Barat.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, Budina Eka Prasetya, mengatakan pemeriksaan telah dilakukan atas peristiwa di wilayahnya lebih dari sebulan lalu. “Kami menguji di laboratorium terhadap flu burung, hasilnya negatif,” katanya.
Faktor lain penyebab kematian dari hasil uji sampel bangkai burung, yaitu perubahan cuaca atau racun hama atau serangga. “Tapi kalau sengaja dibunuh atau diracun, mohon maaf saya tidak bisa menyimpulkan,” ujarnya.
Hanya, bangkai burung tidak sampai diotopsi (nekropsi). Pada burung pipit yang termasuk satwa liar, menurut Budina, perlu ahli khusus yang melakukan itu.
Adapun dari pemeriksaan luar fisik burung, nihil temuan bekas benda tajam seperti sayatan. Pun misalnya luka akibat peluru senapan angin. Menurut Budina, pihaknya hanya bisa menyimpulkan kematian bukan karena flu burung.
Hasil pemeriksaan itu selaras dengan hasil penelusuran petugas lapangan Bidang Wilayah I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat pada 31 Juli lalu. Kepala Bidang Lana Sari mengatakan tidak ada laporan dari warga soal satwa unggas yang mati di sekitar lokasi kejadian.
Lokasi temuan burung pipit liar yang mati bersamaan itu berada di permukiman penduduk sekitar Jalan Goalpara, Desa Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Menurut Lana dari laporan yang diterimanya, temuan awal kematian berjumlah lima ekor burung pipit, kemudian dua hari ke belakang menyusul 13 dan 2 ekor burung pipit.
Total yang berhasil ditemukan sebanyak 20 bangkai burung pipit. “Burung ini bergerombol mungkin (yang mati) itu satu kelompok,” ujarnya saat itu sambil menambahkan, baru kali itu ada laporan kematian burung pipit liar yang terjadi beruntun dan berjumlah banyak.