Dunia Bisnis Bantu Inovasi di Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Andree Surianta meminta agar kebijakan yang pemerintah buat tidak menghambat tetapi dapat membantu dunia bisnis membantu inovasi riset di Indonesia.

“Dalam pengembangan vaksin COVID-19, misalnya. Meskipun anggota konsorsium Vaksin Merah Putih adalah universitas dan lembaga riset, tetapi tetap harus menggandeng perusahaan farmasi untuk uji klinis dan produksi massal nantinya,” katanya, Selasa 27 April 2021.

Dirinya mengingatkan bahwa beberapa vaksin yang mendapat izin edar, malah seluruh penelitiannya dilakukan oleh perusahaan farmasi.

“Impian Making Indonesia 4.0 rasanya akan sulit tercapai bila ekosistem inovasi tidak mulai diintegrasikan dengan investasi,” katanya.

Andree berpendapat bahwa peleburan Kemenristek mengindikasikan bahwa pemerintah masih berkutat di pemahaman lama bahwa inovasi adalah kegiatan akademis. Padahal, lanjutnya, bisnis juga memainkan peranan sangat penting dalam ekosistem inovasi yang kuat.

“Prinsip berinovasi untuk bertahan sangat kuat di negara-negara maju di mana lebih dari 50 persen litbangnya didanai bisnis. Sedangkan di Indonesia, dunia usaha hanya menyumbang inovasi senilai 8 persen dari belanja litbang nasional,” katanya.

Seperti diketahui, sejumlah BUMN dan perusahaan swasta nasional telah terbukti memiliki inovasi yang tingkatnya mengglobal.

Misalnya, Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) turut serta dalam gelaran pameran Hannover Messe 2021 (pameran terbesar dunia untuk teknologi industri) dan memperkenalkan inovasi di bidang digital business solutions dalam kategori pameran digital ekosistem.

Ketiga produk yang dipamerkan yaitu Peruri Sign, Peruri Code dan Peruri Trust.

“Keikutsertaan Peruri dalam pameran tersebut merupakan apresiasi yang luar biasa dari pihak eksternal serta membuktikan bahwa Peruri memiliki kompetensi yang baik dalam menghadapi persaingan di tingkat global dan industry 4.0 melalui berbagai inovasi yang dilakukan,” kata Head of Corporate Secretary Peruri Adi Sunardi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini