MATA INDONESIA, JAKARTA – Ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti didepak dari pelatnas PBSI dan kembali ke klub yang membesarkan namanya, PB Djarum. Mereka tetap membidik gelar juara meski main secara profesional.
Dalam pengumuman penghuni pelatnas PBSI tahun 2022, tak ada lagi nama Praveen dan Melati. Prestasi yang menurun menjadi alasan PBSI mendepak juara All England 2020 itu dari pelatnas di Cipayung.
Sepanjang 2022, Praveen/Melati akan mengarungi kompetisi memperkuat PB Djarum. Mereka sudah berlatih intensif di GOR Djarum, Jakarta. Keduanya dipersiapkan untuk mengejar tiket lolos ke Olimpiade 2024 di Paris.
“Kami berdua sudah mulai latihan intensif sejak awal tahun bersama tim PB Djarum. Targetnya tahun ini mau naik podium satu lagi di pertandingan apa pun yang kami ikuti,” kata Melati, di laman resmi PB Djarum.
Pada 2022, Praveen/Melati akan memulai rangkaian turnamen di Eropa, dari Super 300 German Open (8-13 Maret), Super 1000 All England Open (16-20 Maret), sampai Super 300 Swiss Open (22-27 Maret).
“Yang pasti kami akan terus bekerja sama. Soal promosi dan degradasi adalah hal yang biasa di pelatnas PBSI. Buat kami, semangat berprestasi itu tetap ada. Kami akan lebih siap lagi untuk menghadapi pertandingan. Masing-masing dari kami harus saling mengingatkan dan menguatkan untuk
mencapai target,” ujar Praveen.
Melati menegaskan, semangat juara meraih prestasi tidak akan kendor meski tak lagi menjadi penghuni pelatnas.
“Saya mau menanamkan dalam diri untuk terus ingat tujuan kami dan kami tidak boleh lengah. Tujuan kami mau terus berprestasi di level internasional,” ucapnya.
Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin mengatakan akan terus mendukung Praveen/Melati guna mengikuti berbagai ajang internasional.
“Mereka akan bertanding seperti biasa. Kami dari tim dan pelatih akan memilih dan mempertimbangkan turnamen mana saja yang akan mereka ikuti. Harapannya mereka bisa lolos kualifikasi Olimpiade di Paris nanti,” kata Yoppy.
PB Djarum akan memberikan target-target kepada Praveen/Melati di sepanjang 2022. Jika tak sesuai, maka akan ada konsekuensinya.
“Tapi tentu ada konsekuensi dan tanggung jawab yang harus mereka pikul. Mereka harus bisa memenuhi target-target tertentu yang diberikan. Jika mereka gagal memenuhi target, tentu akan ada punishmentnya. Kesepakatan tersebut akan dituangkan dalam perjanjian tertulis,” ungkapnya.