Di Balik Gemerlap Olimpiade Tokyo, Ada Banyak Tunawisma yang Terluka

Baca Juga

MATA INDONESIA, TOKYO – Di balik gemerlapnya pesta Olimpiade Tokyo, siapa sangka ratusan tunawisma di pusat kota tersebut dipaksa untuk bersembunyi dari pandangan mata.

Maklum saja, saat ini Negeri Sakura tengah menggelar event bertaraf internasional. Sehingga pihak berwenang pun berusaha keras untuk mempercantik setiap sudut kota, termasuk dengan ‘menyingkirkan’ para tunawisma.

“Mereka ingin kita tidak terlihat. Hilang! Kita diusir. Itu tidak adil dan tidak manusiawi. Pindah ke tempat yang kurang terlihat. Persetan dengan Olimpiade!” kata seorang tunawisma, Ogawa, melansir BBC.

Sejak Jepang memastikan diri menjadi tuan rumah Olimpiade tahun 2013, pihak berwenang telah mengambil pendekatan yang keras terhadap para tunawisma. Taman ditutup dan lampu dinyalakan pada malam hari untuk mencegah para tunawisma tidur di sana.

Begitu juga dengan tenda jalanan di sekitar stasiun kereta api dan tempat Olimpiade yang disingkirkan. Ini adalah salah satu area di mana penyelenggara ingin media internasional melihat Jepang dalam cahaya terbaik.

“Saya tahu orang-orang yang dipaksa pindah, karena pembangunan di stadion Olimpiade. Mereka tidak tahu di mana mereka akan tidur malam itu,” sambung Ogawa.

Ogawa telah menjadi tunawisma selama hampir 20 tahun dan ia benci bagaimana komunitasnya telah diperlakukan buruk karena gelaran Olimpiade.

“Kami membantu banyak tunawisma memindahkan barang-barang mereka. Karena pihak berwenang akan membawa mereka semua pergi. Mereka putus asa,” lanjutnya.

“Jika Anda tunawisma, Anda hanya memiliki tenda. Ini sama dengan kehilangan rumah Anda. Mereka tiba-tiba datang dan mengambil properti Anda. Ini perjuangan terbesar,” ucapnya.

Tunawisma lain, Osamu Yamada yang berusia 64 tahun sebelumnya tinggal di belakang area stadion Olimpiade. Suatu hari ia menemukan kertas pemberitahuan pengusiran di seluruh barang-barang miliknya.

“Saya dalam masalah. Saya berharap Olimpiade tidak pernah terjadi,” kata Osamu Yamada yang telah diusir tiga kali.

“Pihak berwenang berusaha menyembunyikan yang termiskin dari yang miskin. Karena ingin menunjukkan kota yang bersih kepada media asing dan juga para atlet. Sebenarnya beberapa ofisial yang mencoba mengusir mereka dengan sangat jelas mengatakan bahwa ‘tolong sembunyikan saja dirimu selama pertandingan Olimpiade’,” tutur seorang Sosiolog, Masato Kimura.

Pemerintah Jepang mengatakan di masa lalu bahwa mereka berusaha membawa para tunawisma dari jalanan ke tempat penampungan. Mereka juga menyangkal memaksa para tunawisma untuk berada di hadapan publik karena sedang menggelar Olimpiade.

Sayangnya, tempat penampungan para tunawisma dinilai tidak layak dengan tiga sampai empat tidur di kamar yang sangat kecil. Selain itu, kebanyakan tunawisma di Jepang adalah orang tua dan tidak divaksinasi, sehingga mereka berpikir lebih aman untuk tidur di jalanan.

Ketika sebuah negara menyelenggarakan hajat akbar sekelas Olimpiade, seringkali ada upaya besar untuk membersihkan dan membangun kembali bagian-bagian penting dari kota yang akan menyelenggarakan event tersebut, termasuk menekan para tunawisma untuk bersembunyi dari pandangan selama Olimpiade.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini