Demonstran Apresiasi Etnis Bersenjata Myanmar yang Gabung Gerakan Anti-Kudeta

Baca Juga

MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Pengunjuk rasa di Myanmar kembali melakukan protes menuntut junta militer menyerahkan kekuasaan kepada pemimpin de facto, Aung San Suu Kyi. Mereka juga menentang langkah militer yang menggunakan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa.

Setidaknya enam orang dilaporkan meninggal dunia pada akhir unjuk rasa, akhir pekan, ketika aparat keamanan menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi yang oleh beberapa pengunjuk rasa disebut sebagai ‘revolusi musim semi’.

Protes menentang pemerintahan junta militer telah bergulir sejak awal Februari, mencakup pawai jalanan, kampanye pembangkangan sipil, dan tindakan pemberontakan terorganisir di sosial medi –yang berusaha dikendalikan oleh junta militer Myanmar dengan memutus broadband nirkabel dan data seluler.

Demonstran dengan plakat sang peraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi dan tanda-tanda yang meminta intervensi internasional berbaris di jalan-jalan di kota terbesar kedua Mandalay, menurut berbagai gambar yang beredar di media sosial.

Para pengunjuk rasa melakukan tepuk tangan terkoordinasi di seluruh negeri untuk mengakui tentara etnis minoritas yang telah memihak gerakan anti-kudeta, dan demonstran pemuda yang memerangi pasukan keamanan di jalan-jalan setiap hari dan mencoba untuk melindungi atau menyelamatkan pengunjuk rasa yang terluka.

“Ayo bertepuk tangan selama lima menit pada 5 April, jam 5 sore, menghormati Organisasi Bersenjata Etnis dan pemuda pertahanan Gen Z dari Myanmar termasuk Yangon yang berjuang dalam perjuangan revolusi atas nama kami,” tulis Ei Thinzar Maung, seorang pemimpin protes di akun Facebook, melansir Reuters, Senin, 5 April 2021.

Para penentang anti-kudeta menuliskan pesan protes di telur Paskah pada Minggu (4/4), seperti “Kita Harus Menang” dan “Keluar MAH” – mengacu pada pemimpin junta militer, Min Aung Hlaing.

Kelompok Advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) melaporkan korban tewas di Myanmar meningkat menjadi 557 jiwa dan menangkap 2,656 warga sipil.

Tekanan eksternal tumbuh pada militer untuk menghentikan pembunuhan, dengan beberapa negara menyerukan untuk menyerahkan kekuasaan dan membebaskan semua tahanan, dan yang lain mendesak dialog dan pemilihan baru segera.

Junta militer Myanmar pada akhir pekan mengumumkan surat perintah penangkapan untuk lebih dari 60 selebriti, influencer media sosial, model, dan musisi atas tuduhan penghasutan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jaga Demokrasi Pilkada Papua, Pemerintah Antisipasi Gangguan OPM

PAPUA — Pemerintah dan aparat keamanan berkomitmen kuat untuk menjaga keamanan dan stabilitas demi kelancaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)...
- Advertisement -

Baca berita yang ini