MATA INDONESIA, KUPANG – Aksi demo atas kasus pembunuhan Astrid dan Lael telah memasuki jilid ketiga. Aksi demo kali ini digelar oleh sejumlah kelompok yang tergabung dalam Aliansi Peduli Kemanusiaan NTT yang terdiri dari Ormas Laskar Timor Indonesia, GMKI Kota Kupang, KNPI NTT, Garda Flobamora XXX, LMD, Perkumpulan Perempuan Bangsa NTT dan sejumlah aktivis perempuan.
Aksi demo tersebut digelar di komplek Kantor DPRD NTT pada Kamis, 30 Desember 2021.
Koordinator aksi Christo Kolimo dalam orasinya meminta agar pihak DPRD NTT ikut andil mengawal kasus pembunuhan yang telah berjalan berlarut-larut.
“Tuntutan kami cuma satu memaksa DPRD NTT untuk melakukan rapat dengar pendapat (RDP) pada tanggal 4 Januari 2022, bukan tanggal 10 Januari seperti yang dijadwalkan karena berkas perkara sudah masuk ke Kejati NTT. Kami berharap berkas perkara sebelum dikembalikan ke Polda, kita sudah melakukan RDP,” ujarnya.
Ia juga menilai pihak Polda NTT terkesan terburu-buru melimpahkan berkas kasus tersebut ke Kejati NTT.
“Kami berharap polisi mengusut tuntas kasus ini sehingga menemukan pelaku lain, selain Randy Bajideh,” katanya.
Wakil Ketua DPD KNPI NTT ini juga sedikit kecewa karena saat aksi damai tersebut, mereka tak bisa bertemu langsung dengan Ketua DPRD NTT Emilia Kuliah Nomleni.
Sementara Ketua Komisi II DPRD NTT Maria Nuban Saku saat menemui massa aksi sempat menyampaikan permohonan maaf karena pihak pimpinan DPRD NTT tak bisa ditemui lantaran sedang melaksanakan tugas keluar.
Di sisi lain, ia juga mengapresiasi aksi damai yang digelar oleh Aliansi Peduli Kemanusiaan NTT.
Ia pun berjanji akan ikut membantu mengawal kasus ini agar bisa terselesaikan dengan baik.
“Saya akan meneruskan keluhan adik-adik tersebut ke pimpinan DPR NTT untuk ditindaklanjuti,” ujarnya.
