MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS ditutup menguat tipis di hari Valentine, 14 Februari 2020.
Mengutip data RTI Bussines, rupiah berada di level Rp 13.675 per dolar AS atau menguat tipis sebesar 0,04 persen.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, penguatan rupiah tidak akan bertahan lama akibat virus corona (COVID-19) yang hinga kini belum juga kelar.
“Isu penyebaran COVID-19 merupakan isu yang paling krusial karena menyebabkan dampak sistemik bagi market. Ini yang membuat rupiah menguat terbatas sore ini,” katanya kepada Mata Indonesia, Jumat sore.
Bahkan, kata Nafan, penyebaran COVID-19 tersebut juga pernah disinggung oleh Gubernur The Fed Jerome Powell karena merupakan ancaman besar yang berpotensi menghambat kinerja pertumbuhan ekonomi global.
“Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pelemahan baik pada IHSG maupun rupiah,” ujarnya.
Namun, ia mengatakan laju rupiah hari ini sedikit terbantu dengan data defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia di 2019 sebesar 2,72 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah ini lebih baik dibandingkan dengan CAD 2018 sebesar 2,94 persen dari PDB.
Sebagai pembanding, mayoritas mata uang di kawasan Asia malah terpantau melemah terhadap dolar AS. Tercatat, lira Turki melemah 0,31 persen, yuan China 0,07 persen, baht Thailand sebesar 0,05 persen, dan rupee India melemah 0,03 persen.
Selanjutnya, won Korea melemah tipis 0,02 persen, diikuti dolar Singapura dan dolar Taiwan yang sama-sama melemah 0,01 persen terhadap dolar AS.
Di sisi lain, penguatan terjadi pada ringgit Malaysia sebesar 0,05 persen, peso Filipina sebesar 0,03 persen, serta yen Jepang yang menguat tipis 0,01 persen terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, nilai tukar bergerak menguat terhadap dolar AS. Terpantau, dolar Australia dan dolar Kanada sama-sama menguat dengan nilai sebesar 0,09 persen.
Sementara, poundsterling Inggris terpantau melemah 0,04 persen, dan euro berada di posisi stagnan terhadap dolar AS.