MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan akan berbalik melemah tipis pada perdagangan Kamis, 16 Januari 2020. Kemarin, rupiah ditutup di level Rp 13.665 per dolar AS atau menguat terbatas 0,04 persen.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi pergerakan rupiah hari ini akan berkisar dari Rp 13.655 hingga Rp 13.750 per dolar AS.
Ia mengatakan pelemahan rupiah dibayangi oleh sejumlah sentimen negatif dari luar negeri, di antaranya sebagai berikut.
Pertama, soal kesepakatan dagang antara AS dan Cina. Menurutnya, pasar menjadi khawatir karena pernyataan Menteri Keuangan AS yang menyebut tarif barang-barang China tetap diberlakukan hingga kesepakatan dagang fase dua tercapai.
“Pedagang tetap berhati-hati menjelang penandatanganan kesepakatan perdagangan fase satu hari ini karena Menteri Keuangan AS mengatakan tarif barang-barang China akan diberlakukan sampai selesainya perjanjian fase dua,” katanya kemarin sore.
Ibrahim kemudian mengatakan, pasar kini memandang pesimis negosiasi fase dua tersebut. Pasalnya, dikabarkan negosiasi fase dua itu kemungkinan tidak akan dimulai sampai terjadinya pemilihan presiden AS pada bulan November 2020 ke depan.
Kedua, soal rencana Bank Sentral AS atau The Fed yang berencana untuk mempertahankan suku bunga lebih rendah dan lebih lama. Hal ini dipicu oleh data dari departemen Tenaga Kerja yang melaporkan bahwa indeks harga konsumen naik 0,2 persen bulan lalu.
Sementara dari dalam negeri, laju rupiah dipengaruhi oleh rilis neraca perdagangan di bulan Desember 2019 yang membukukan defisit sebesar 8,69 miliar dolar AS. “Posisi ini lebih baik dibandingkan bulan desember tahun lalu dan juga lebih baik dari ekspektasi para analis,†ujar Ibrahim.
Selain itu, pergerakan mata uang garuda juga dibayangi oleh rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS). Di mana, nilai ekspor pada Desember adalah 14,47 miliar dolar AS atau naik 1,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year-on-year (YoY).
Sementara nilai impor pada Desember 2019 tercatat 14,5 miliar dolar AS, atau turun 5,62 persen YoY. Dengan begitu, neraca perdagangan membukukan defisit tipis 28,2 miliar dolar AS.