MATA INDONESIA, JAKARTA – Akhir 2020 dan awal 2021 itu akan terjadi fenomena la nina pada tingkat moderat di Samudra Pasifik garis ekuator sebagai bentuk anomali cuaca. Kondisi tersebut akan mengakibatkan bencana hidrometeorologi.
Kepala Pusat Informasi Meteorologi Publik pada BMKG, Fachri Rajab menegaskan bencana tersebut di musim penghujan seperti sekarang akan berupa banjir, banjir bandang dan tanah longsor.
Itu akan terjadi di masa transisi yang ditandai dengan hujan lebat pada periode singkat disertai angin kencang hingga hujan es.
Sedangkan saat musim kemarau nanti ditandai dengan kebakaran hutan dan lahan serta gelombang laut yang tinggi.
Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan prakiraan curah hujan bulanan kondisi musim hujan kemungkinan terjadi Januari hingga Maret 2021. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sekarang akan lebih basah.
Beberapa daerah curah hujannya di 2021 akan lebih tinggi dari tahun ini yaitu antara 40 persen hingga 80 persen. Kondisi itu bisa terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Banten bagian selatan.
Selain itu, sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, sebagian besar Sulawesi kecuali Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, sebagian Papua dan Papua Barat.
BMKG mengeluarkan peringatan dini atas kondisi cuaca tersebut agar bisa dijadikan bahan para pemangku kebijakan untuk mengambil tindakan.