Christian Hadinata Hidup untuk Bulutangkis

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Christian Hadinata bisa dibilang atlet ganda bulutangkis terbaik yang dimiliki Indonesia. Meski dia sering berganti pasangan main, namun kemenangan selalu dibawanya pulang.

Banyak gelar yang sudah diraihnya, mulai dari tingkat regional seperti SEA Games dan Asian Games, hingga gelar tingkat internasional seperti All England, Thomas Cup, Kejuaran Dunia, dan Olimpiade.

Banyak pebulutangkis sering berpasangan dengannya seperti Bobby Ertanto, Lius Pongoh, Liem Swie King dan Icuk Sugiarto. Namun dengan Ade Chandra lah, Christian berhasil memenangi banyak kejuaraan terutama turnamen bulutangkis bergengsi All England.

Dua kali pasangan Christian/Ade Chandra menjuarai All England yaitu pada 1972 dan 1973. Selebihnya, mereka berhenti sebagai runner up All England sejak 1974, 1975, 1977, dan 1978.

Dengan Ade Chandra, Christian juga pernah menyabet gelar juara dunia ganda putra bulutangkis saat 1980. Dia juga berperan memperkuat Tim Piala Thomas selama enam kali dengan berganti-ganti pasangan antara lain dengan Ade Chandra, Hadibowo Susanto dan Liem Swie King.

Bukan hanya ganda putra bersama Ade Chandra, Christian juga banyak menggaet juara ganda campuran di sejumlah turnamen. Juara itu diraihnya bersama Retno Kustijah, Imelda Wiguna, dan Ivana Lie.

Ilmu menepok bola berbulu itu berusaha disebarkan ke pemain-pemain muda setelah Christian pensiun menjadi pemain. Berkat “tangan dinginnya” dia juga mampu mengantarkan anak-anak asuhnya menjadi juara.

Tercatat pada Olimpiade 1992 Barcelona, dia berhasil mengantarkan Eddy Hartono/Gunawan meraih perak. Lalu melalui Ricky Subagja/Rexy Mainaky, Christian berhasil mempersembahkan medali Emas pada Olimpiade Atalanta 1996.

Dia juga berhasil membawa anak didiknya mencetak all Indonesian semifinal di Japan Open 1996, yaitu pasangan Tony Gunawan/Rudy Wijaya, Bambang Suprianto/Gunawan, Ricky Subagja/Rexy Mainaky, dan Antonius/Denny Kantono

Salah satu prestasi yang tak terlupakan sebagai pelatih adalah ketika mengantarkan Indonesia meraih Piala Thomas 1998 di Hong Kong. Padahal waktu itu Indonesia baru saja dilanda krisis dan berbagai kerusuhan. (Nita Khairani)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Gunung Es Kekerasan di Kulon Progo: Lebih Banyak yang Tersembunyi

Mata Indonesia, Kulon Progo - Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di Kulon Progo sepanjang tahun 2024 tercatat mencapai 27 laporan. Di sisi lain, kasus kekerasan terhadap anak dilaporkan sebanyak 24 kejadian, sedangkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) mencapai 23 kasus.
- Advertisement -

Baca berita yang ini