MINEWS.ID, JAKARTA – Masyarakat Indonesia sudah mengenal budaya menulis sejak zaman raja-raja. Namun bukan dalam bentuk kertas yang dijilid menjadi buku tetapi dalam bentuk kumpulan daun lontar. Sedangkan buku yang pertama dikenalkan di Indonesia berisi kisah kerajaan China tahun 1886.
Hingga kini tidak diketahui pasti kumpulan tulisan pada daun lontar yang pertama di Indonesia.
Yang jelas kerajaan-kerajaan di Nusantara saat itu memberi kedudukan yang penting bagi para pujangga untuk menceritakan kehidupan dan kekuasaan raja-raja di atas daun lontar. Daun-daun lontar yang berisi cerita raja-raja itu akan disatukan dengan benar sehingga mudah dibaca di kemudian hari.
Namun sayangnya, naskah di daun lontar tidak begitu awet dibandingkan dengan prasasti yang ditulis pada batu ataupun lempengan kuningan.
Sebab, semakin lama ujung-ujungnya menjadi berumbai, uratnya meretak dan yang paling buruk adalah mudah dimakan serangga ngengat sehingga menjadi lekas rapuh.
Naskah dari daun lontar tersebut paling tinggi atau paling lama berusia 100 sampai 150 tahun. Dengan demikian, naskah Jawa Kuno itu tersimpan dalam salinan yang tidak berusia terlalu tua. Demikian pula yang tersimpan di Bali, dituliskan di Bali dengan huruf Bali dan bahan kertas dari Bali pula.
Naskah-naskah kuno daun lontar yang tertua ditemukan Pemerintah Kolonial Belanda tentang Arjunawiwaha yang ditemukan di Jawa Barat berasal dari sekitar tahun 1334 atau 1335 Masehi.
Arjunawiwaha adalah karya sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga, yang memerintah di Jawa Timur dari tahun 1019 sampai dengan 1042 Masehi.
Karya itu digubah sekitar tahun 1030. Karya yang disebut kakawin itu menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru.
Lalu dia diuji para dewa, dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan menggodanya. Nama bidadari yang terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang brahmana tua.
Buku Modern Pertama di Indonesia
Buku modern digunakan manusia sejak ditemukannya kertas oleh Bangsa China sekitar tahun 200 Masehi. Namun buku pertama yang ada di Indonesia adalah sebuah novel diterbitkan pada 1886.
Pengarangnya berdarah China bernama Lie Kim Hok yang memberi judul novel itu Thjit Liap Seng (Bintang Toedjoeh). Buku yang diterbitkan di Bogor itu berkisah tentang suatu masa di kerajaan Taj Tjheng Tiauw yang dipimpin raja bernama Hammong.
Novel ini merupakan sebuah roman, menceritakan tentang kisah sedih kemiskinan karakter utamanya. Novel setebal 500 halaman berlatar negeri Tiongkok itu diterbitkan di tanah Hindia Belanda, yang sekarang dikenal dengan nama Indonesia.