Begini Kondisi Terakhir Kiper Legendaris Iker Casillas Setelah Kena Serangan Jantung

Baca Juga

MINEWS.ID, PORTO – Kiper Iker Casillas yang baru saja dirawat di rumah sakit Porto, Portugal menyatakan kondisinya sangat baik. Dia bahkan mengunggah foto diri di akun twitternya sedang berada di ranjang rumah sakit sambil tersenyum.

Dalam bahasa Spanyol dia mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang mendo’akan kesembuhannya.

“Semua terkendali di sini, ketakutan besar tetapi dengan kekuatan utuh. Terima kasih banyak untuk pesan dan kasih sayang 😃💪🏼,” begitu ungkapan Casillas, Kamis 2 Mei 2019.

Casillas yang dilarikan ke rumah sakit saat sedang latihan divonis dokter terkena serangan jantung.

Hal tersebut menimbulkan pertanyaan publik. Bagaimana seorang yang setiap hari berolahraga justru bisa terkena serangan jantung?

Ahli penyakit jantung Owen Anderson menegaskan pesepak bola profesional yang menghabiskan berjam-jam dengan berolahraga justru rentan dengan serangan tersebut.

Sebab hal tersebut akan membuat otot pada jantung akan semakin padat dan menonjol. Akibatnya kandungan enzim cardiac troponin jadi meningkat.

Orang yang terkena masalah jantung, kadar enzim tersebut dalam darah biasa naik drastis dalam waktu 6 – 12 jam.

Troponin adalah molekul protein yang merupakan bagian dari otot rangka dan otot jantung. Itu sebabnya serangan tersebut terjadi saat Casillas sedang latihan sepakbola.

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini