MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Eks Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengecam seluruh tindakan kekerasan yang menewaskan banyak warga sipil di Myanmar, pasca kudeta Februari 2021 lalu.
Menurut Obama, pihak militer Myanmar begitu keji dan mereka harus bertanggungjawab atas apa yang terjadi sehingga menimbulkan korban jiwa.
“Upaya militer yang tidak sah dan sungguh brutal untuk memaksakan kehendaknya setelah satu dekade kebebasan yang lebih besar jelas tidak akan pernah diterima oleh rakyat dan tidak boleh diterima oleh dunia yang lebih luas,” kata Obama dalam akun Twitter-nya, seperti dilihat pada Rabu 28 April 2021.
Ia juga menyerukan negara-negara tetangga Myanmar tidak mengakui junta militer sebagai rezim yang sah. Gerakan penolakan terhadap kekuasaan ilegal ini menurutnya harus digalakkan, karena hanya akan membawa krisis kemanusiaan.
“Ini adalah masa-masa kelam, tetapi saya tersentuh oleh persatuan, ketangguhan, dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi yang ditunjukkan oleh begitu banyak orang Burma,” ujar Obama.
Ia pun berharap, ke depannya setelah krisis ini, Myanmar akan mendapatkan pemimpin yang benar-benar diinginkan rakyat, bukan hasil perampasan secara paksa.
Mengutip CNN, selama Obama menjabat sebagai presiden, ia terlibat dalam memperjuangkan demokrasi di Myanmar. Dia tercatat dua kali mengunjungi negara tersebut.
Hal itu merupakan perubahan besar dari satu dekade lalu, yakni ketika militer memulai transisi menuju demokrasi.
Kemudian, para jenderal membebaskan tokoh demokrasi, Aung San Suu Kyi, dan mengizinkannya mencalonkan diri serta membuka tender proyek energi dan telekomunikasi kepada perusahaan asing.
