MATA INDONESIA, WASHINGTON – Studi baru yang dikeluarkan Bank Dunia mengungkapkan dunia kemungkinan besar menuju resesi yang membahayakan dan akan bertahan lama pada tahun 2023.
“Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi. Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa tren ini akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang,” kata Presiden Grup Bank Dunia David Malpass dalam keterangannya yang dikutip Selasa 20 September 2022.
Bank-bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga tahun ini dengan tingkat sinkronisitas yang tidak terlihat selama lima dekade terakhir.
Menurut laporan Bank Dunia meski banyak kebijakan dikeluarkan negara-negara dunia untuk menghadapinya, namun inflasi global tidak mungkin bisa kembali ke tingkat sebelum pandemi.
Inflasi inti global (tidak termasuk sektor energi) diperkirakan bisa mencapai 5 persen tahun depan atau dua kali lipat pada lima tahun sebelum pandemi.
Pengalaman tahun 1970-an, menunjukkan respons kebijakan terhadap resesi global tahun 1975, periode stagflasi berikutnya, dan resesi global tahun 1982 menggambarkan risiko membiarkan inflasi tetap tinggi untuk waktu yang lama sementara pertumbuhan lemah.
Resesi kali ini dinilai memicu lebih dari 40 krisis utang dan diikuti satu dekade pertumbuhan yang hilang di banyak negara berkembang.