MINEWS.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di akhir perdagangan Selasa 24 September 2019. Rupiah turun 0,20 persen ke level Rp 14.113 per dolar AS.
Direktur PT.Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh sejumlah sentimen dari luar negeri di antaranya sebagai berikut.
Pertama, kunjungan oleh delegasi perdagangan China ke peternakan A.S. di Montana tiba-tiba dibatalkan pada hari Jumat. “Sementara itu, pembicaraan perdagangan AS-Jepang tampaknya telah mencapai hambatan menit-menit terakhir,” kata dia sore ini.
Kedua, ketidakpastian ekonomi global menjadi beban bagi aset-aset berisiko salah satunya rilis data PMI versi Markit di 41,4 yang sebelumnya 43,5.
Sementara PMI gabungan berada di 49,1 yang sebelumnya 51,7. PMI dibawah 50 menunjukkan kontraksi, ada keengganan untuk ekspansi.
“Tanpa perbaikan, misalnya AS-China masih terus melanjutkan perang dagang, bukan tidak mungkin perlambatan ekonomi bertransformasi menjadi resesi,” ujar dia.
Dari internal, pemerintah memastikan demonstarsi besar-besaran yang di lakukan oleh mahasiswa tak akan berimbas ke pasar keuangan domestik karena pemerintah telah memenuhi tuntutan tersebut.
Pemerintah mengusulkan penundaan pengesahan rancangan aturan yang dianggap bermasalah ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), seperti revisi Kitab Undang-Uundang Hukum Pidana (RKUHP), revisi UU Pertanahan, revisi UU Minerba, RUU Pemasyarakatan.
“Dengan penundaan tersebut pelaku pasar akan tetap tenang dan masyarakat tidak khawatir dengan demonstrasi yang terjadi saat ini,” kata Ibrahim.
Di lain pihak Bank Indonesia (BI ), kata dia, terus memantau perkembangan demontrasi yang terjadi saat ini dan terus melakukan intervensi melalui transaksi di pasar valas dan obligasi dalam perdagangan DNDF.