MATA INDONESIA, YOGYAKARTA – Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta menggeliat lagi sejak, Rabu 12 Februari 2020. Pada Kamis 13 Februari 2020 pagi mencatat erupsi dengan menyemburkan abu dan awan panas (wedhus gembel) setinggi 2000 meter atau sekitar 2 kilometer dari puncaknya.
Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta melalui akun twitternya menyatakan wedhus gembel itu terekam pada pukul 05.16 WIB dengan durasi 150 detik. Abu wedhus gembel itu berhembus ke arah barat laut.
Wedhus gembel adalah sebutan untuk abu dan awan panas yang disemburkan Merapi dalam jumlah banyak. Abu dan awan panas itu membentuk seperti bulu domba yang disebut penduduk setempat dengan wedhus gembel.
Rabu kemarin, BPPTKG juga mencatat lima kali gempa guguran yang diakibatkan gunung paling aktif di Pulau Jawa tersebut selama enam jam sejak Rabu pukul 00.00 sampai dengan 06.00 WIB.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resmi di Yogyakarta, menyebutkan lima gempa guguran itu memiliki amplitudo 2-8 mm dan berlangsung selama 15.24-45.44 detik.
Selain gempa guguran, Gunung Merapi juga mengalami dua kali gempa low frekuensi dengan amplitudo 5 mm selama 31.6-31.8 detik, lima kali gempa hybrid atau gempa fase banyak dengan amplitudo 2-6 mm selama 6.48-7.96 detik.
Selanjutnya, satu kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 10 mm selama 40.4 detik, serta dua kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 5-8 mm selama 61.8-100.28 detik.
Meski begitu, BPPTKG tidak mencatat adanya guguran lava yang terpantau secara visual Rabu lalu.
Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada, dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sehubungan dengan potensi guguran lava dan awan panas yang dapat menimbulkan hujan abu, maka masyarakat di sekitar Gunung Merapi diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik.
Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi, media sosial BPPTKG atau ke Kantor BPPTKG.