MATA INDONESIA, JAKARTA – Konflik antara Amerika Serikat (AS) dan Iran, bahkan bila pecah perang sekalipun, dinilai tidak berpengaruh dengan politik di Indonesia. Hal ini disebabkan karena hanya terjadi antar dua negara (bilateral).
Hal tersebut disampaikan oleh pengamat politik Emrus Sihombing. Ia mengatakan, kondisi politik tanah air saat ini sudah sangat kondusif. Politik yang diusung oleh kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebih mengarah kepada politik merangkul atau gotong royong.
“Sehingga efek untuk politik Indonesia dari perang yang disebabkan oleh AS dengan Iran sangat sedikit kemungkinan (pengaruhnya),” ujarnya kepada Mata Indonesia, Senin 6 Januari 2020.
Selanjutnya, kata Emrus, justru yang harus perlu diantisipasi Indonesia adalah menjaga ekonomi di tengah konflik antara AS dan Iran.
“Misalnya, selama ini kita masih impor minyak. (Maka itu), bisa berpengaruh bagi ekonomi di Indonesia,” katanya.
Maka ia menganjurkan agar pemerintah harus bisa mengatur distribusi bahan bakar minyak yang dibutuhkan.
Sementara soal potensi pecahnya perang ketiga, Kata dia, itu hanya sebuah hipotesis karena belum ada yang memastikan hal itu terjadi.
“Menurut saya itu hanya dibesar-besarkan, karena itu konflik antar dua negara. Jadi sangat sulit untuk menyimpulkan bahwa itu akan memicu perang dunia ketiga,†ujarnya.
Maka, Emrus menyarankan agar kedua negara yang bertikai perlu mengedepankan negosiasi diplomasi atau bila perlu dengan bantuan negara pihak ketiga. (Fitria)