MATA INDONESIA, JAKARTA – Aksi boikot produk Prancis kini terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Aksi ini hadir sebagai bentuk protes atas sikap dan pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Belum lama ini Macron mengeluarkan pernyataan mengenai sekulerisme, kebebasan berpendapat, juga soal karikatur Nabi Muhammad SAW. Padahal, penggambaran sosok Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah pelanggaran serius bagi umat Islam.
Di Indonesia sendiri, produk minuman kemasan Aqua pun menjadi sasaran publik. Produk yang mencantumkan logo ‘Danone’ menjadi polemik karena asal-usulnya diduga berasal dari Prancis.
Dilansir dari beberapa sumber, perusahaan Aqua pertama kali didirikan pada 1973 oleh Tirto Utomo dengan nama PT Golden Mississippi. Pabrik pertamanya berada di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat.
Perusahaan kemudian ini merilis produk pertamanya pada 1974. Pada saat itu Aqua dikemas dalam botol kaca berukuran 950 ml. Perusahaan berkembang hingga akhirnya pada tahun 1984, pabrik kedua Aqua didirikan di Pandaan, Jawa Timur.
Pada 1998, PT Tirta Investama dan Danone melalui Danone Asia Holding Pte.Ltd menandatangani perjanjian untuk berkolaborasi membentuk grup Aqua. Dari kolaborasi tersebut, pada tahun 2000, label ‘Danone’ berada di seluruh kemasan produknya.
Sementara itu, menanggapi seruan boikot terhadap produknya. Danone Indonesia pun buka suara.
Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, menjelaskan bahwa pihaknya akan terus beroperasi dengan tetap menyediakan produk-produk meskipun ramai aksi boikot produk Prancis.
“Kami akan tetap melanjutkan komitmen kami untuk melayani kebutuhan nutrisi dan hidrasi sehat melalui jutaan pedagang yang menjual produk kami di Indonesia dan disiapkan oleh hampir dari 15.000 karyawan kami di seluruh Indonesia,” dalam keterangan resminya Senin 2 November 2020.
Arif menjelaskan, berbagai produk Danone, khususnya Aqua dan susu SGM yang ramai dibicarakan untuk diboikot sudah lama dikembangkan dan diproduksi oleh tenaga kerja di Indonesia.
“Produk-produk kami seperti SGM dan AQUA, adalah produk-produk yang dikembangkan dan diproduksi di Indonesia oleh tenaga kerja Indonesia untuk konsumen Indonesia,” ungkap Arif.
“SGM sudah hadir sejak 1965, Aqua juga hadir sejak 1973 di Indonesia dan telah menjadi kepercayaan banyak konsumen sampai sekarang,” lanjutnya
Arif juga memastikan bahwa produknya tak berkaitan dengan pandangan politik negara mana pun dan menyayangkan adanya aksi boikot produk Prancis akibat pernyataan Presiden Macron. Menurutnya, pernyataan tersebut tidak ada kaitannya dengan perdagangan.
“Perusahaan kami tidak memiliki afiliasi politik dan hal-hal di luar bisnis kami. Oleh karena itu, kami menyambut baik pernyataan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan di mana pemerintah telah mengambil langkah untuk tidak ikut serta memboikot produk-produk Prancis karena hal tersebut di luar dari konteks perdagangan.”
Lebih lanjut, Arif tidak mengungkapkan secara gamblang dampak seruan boikot produk Prancis ini terhadap perusahaan. Ia menyebut bahwa pihak yang paling terdampak oleh seruan ini justru pedagang kecil yang menjual produk secara eceran.
“Yang terdampak lebih dulu dari hal ini tentu saja pedagang kecil dan para penjual eceran,” kata dia “Setelah terkena imbas COVID, lalu kemudian muncul hal seperti ini. Jika terjadi boikot yang berlarut-larut, dapat mengakibatkan mereka semakin kehilangan pendapatan.”
Ooo begitu!!!
Anjing kau memang kau kira keuntungan nya lari kenegara mana negara France. Dia pegang saham paling banyak.