MATA INDONESIA, NAYPIDAW – Pekerja Palang Merah Myanmar ditangkap, diintimidasi, dan mengalami luka ketika mencoba merawat korban yang mendapat serangan dari aparat keamanan saat melakukan aksi unjuk rasa. Berdasakan laporan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Dua badan kemanusiaan tersebut prihatin dengan krisis kemanusiaan yang saat ini terjadi di Myanmar sejak junta militer Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari. Kelompok Advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) melaporkan lebih dari 500 orang tewas.
Tim Palang Merah Myanmar telah memberikan perawatan kepada lebih dari 2 ribu warga sipil di seluruh kota di Myanmar, kata sebuah pernyataan. Mirisnya, tim Palang Merah Indonesia juga menjadi sasaran dari kebrutalan aparat keamanan.
“Petugas medis Palang Merah Myanmar dan petugas medis telah ditangkap, diintimidasi atau terluka dan properti Palang Merah serta ambulans telah dirusak. Ini tidak dapat diterima, ” kata Alexander Matheou, Direktur Regional Asia Pasifik IFRC.
“Tenaga kesehatan seharusnya tidak menjadi target. Mereka harus diberikan akses kemanusiaan yang tidak terbatas kepada orang-orang yang membutuhkan,” ucapnya, melansir Reuters, Kamis, 1 April 2021.
Pernyataan itu tidak mengidentifikasi kelompok mana pun yang bertanggung jawab atas serangan terhadap para petugas medis dan juru bicara Palang Merah Myanmar menolak berkomentar lebih lanjut.
Berdasarkan video yang beredar di media sosial, anggota pasukan keamanan Myanmar menyerang petugas medis dan setidaknya satu kali menembak ambulans. Kerusuhan juga mengancam upaya untuk menahan epidemi COVID-19, dengan pengujian, penelusuran, dan pengobatan yang menurun tajam.
Palang Merah memperingatkan bahwa krisis Myanmar menimbulkan ancaman kesehatan yang lebih luas dengan jatuhnya layanan dasar seperti transportasi dan perbankan.
“Kami bisa menghadapi badai yang sempurna di Myanmar di mana gelombang infeksi COVID-19 lainnya bertabrakan dengan krisis kemanusiaan yang semakin parah yang menyebar ke seluruh negeri,” kata Matheou.
Utusan PBB untuk Myanmar memohon Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan dalam krisis yang meningkat di negeri seribu pagoda itu. Mereka memperingatkan risiko perang saudara dan “pertumpahan darah” yang akan segera terjadi bila junta masih dengan kekerasan meredakan protes masyarakat pro-demokrasi.
“Kekejaman militer terlalu parah dan banyak (pejuang etnis bersenjata) mengambil sikap oposisi yang jelas, meningkatkan kemungkinan perang saudara pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata utusan khusus Christine Schraner Burgener.
Sebelumnya tiga milisi etnis,Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), Tentara Aliansi Demokratik Kebangsaan Myanmar, dan Tentara Arakan, pada Rabu (31/3) menyatakan akan bergabung dengan para pengunjuk rasa.