MATA INDONESIA, KEFAMENANU – Para petani di Nusa Tenggara Timur (NTT) turut mengeluhkan kelangkaan pupuk yang menghambat produksi pertanian sejak akhir 2021 hingga memasuki awal 2022.
Menurut aggota Komisi IV DPR RI faraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema S.IP, M.Si, kelangkaan pupuk di Indonesia yang berimbas sampai ke daerah-daerah disebabkan karena tidak sinkronnya alokasi anggaran dan kebutuhan.
Ia juga mengungkapkan bahwa setiap tahun, negara memberikan alokasi anggaran sebesar Rp 25 triliun hingga Rp 30 triliun untuk subsidi pupuk. Namun, ketika dikonversi hanya bisa menghasilkan pupuk sebesar 9,2 juta ton.
“Sementara kebutuhan Nasional berdasarkan Rencana Definitif Kelbutuhan Kelompok (RDKK) itu besarnya 25 juta ton. Dengan demikian ada selisih antara kebutuhan atau permintaan dengan produksi yang dihasilkan yakni 16 juta ton,” ujarnya saat ditemui usai peresmian dan pelantikan pengurus Ormas BETA TIMOR, belum lama ini.
Politisi muda asal Ende ini pun menyarankan agar ada solusi untuk mengatasi kelangkaan pupuk di daerah, termasuk di NTT.
“Ini tidak bisa diselesaikan secara parsial. Pemberesannya harus komperhensif karena ini bukan hanya satu daerah, tapi seluruh Indonesia,” katanya.
Kontributor TTU : Zenobius Yancen Abi