MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Aktivis Myanmar merencanakan lebih banyak protes anti-kudeta, termasuk pemogokan, dan seruan agar orang-orang tetap di rumah, menyusul kematian seorang gadis akibat tembakan pasukan keamanan di kota Mandalay.
Gadis berusia 7 tahun ini menjadi korban termuda dari tindakan keras berdarah aparat keamanan sejak kudeta yang dilakukan junta militer Myanmar pada awal Februari.
Aparat keamanan juga diketahui menembak sang ayah saat gadis kecil tersebut berada dipangkuannya di dalam rumah mereka. Hal ini diungkapkan oleh saudara perempuannya kepada Myanmar Now.
“Tidak ada jalan keluar, tidak ada toko, tidak ada pekerjaan. Semua ditutup. Hanya untuk satu hari,” ucap seorang illustrator dan aktivis, Nobel Aung, melansir Reuters, Rabu, 24 Maret 2021.
Junta militer Myanmar menghadapi berbagai kecaman baik dari dalam maupun luar negeri karena melakukan kudeta yang menghentikan transisi demokrasi dan penindasan mematikan terhadap para demonstran anti-kudeta.
Junta militer juga mencoba untuk membenarkan pengambilalihan tersebut dengan mengatakan bahwa pemilu 8 November yang dimenangkan secara telak oleh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi penuh dengan kecurangan.
Para pemimpin junta militer juga menjanjikan pemilihan baru di Myanmar, namun belum ditentukan kapan akan digelar. Selain itu, junta militer juga telah menetapkan keadaan darurat.
Juru bicara Junta, Zaw Min Tun mengatakan pada Selasa (23/3), sebanyak 164 pengunjuk rasa telah tewas, sehari setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap kelompok atau individu yang terkait dengan kudeta di Myanmar.
Asosiasi Bantuan untuk Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) melaporkan setidaknya 275 orang tewas dalam tindakan keras pasukan keamanan.
Zaw Min Tun menyalahkan pertumpahan darah pada para pengunjuk rasa dan mengatakan sembilan anggota pasukan keamanan juga tewas. Dia mengatakan pemogokan dan rumah sakit yang tidak beroperasi sepenuhnya telah menyebabkan kematian, termasuk dari COVID-19.
Para penentang pemerintahan militer secara teratur menyerukan pemogokan dan juga kampanye pembangkangan sipil, termasuk di antara pegawai negeri, yang telah melumpuhkan sektor perekonomian.