Akhir Pekan, Rupiah Ditutup dengan Penguatan Terbatas

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA-Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tipis di akhir pekan, 1 November 2019. Rupiah ditutup di level Rp 14.035 per dolar AS atau cuma naik 0,01 persen.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan penguatan terbatas yang dialami mata uang Garuda disebabkan oleh sejumlah sentimen dari luar maupun dari dalam negeri di antaranya sebagai berikut.

Pertama, soal perjanjian dagang antara AS dan China. Sebuah laporan Bloomberg, menggungkapkan bahwa China mungkin menolak menandatangani kesepakatan perdagangan yang komprehensif.

“Salah satu alasannya karena para pemimpinnya tidak percaya sifat impulsif Presiden AS A. Donald Trump,” ujarnya.

Kedua, soal data ekonomi Hong Kong berkontraksi (naik) 3,2 persen pada kuartal ketiga. Sementara itu, Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Final Jepang Jibun Bank Jepang (PMI) malah turun menjadi 48,4 persen berdasarkan penyesuaian musiman. Angka ini adalah level terendah sejak Juni 2016.

Ketiga, Federal Reserve (Bank sentral) AS memangkas suku bunga minggu ini untuk ketiga kalinya tahun ini dan mengindikasikan bahwa pelonggaran moneter lebih lanjut tidak mungkin terjadi.

“Namun, nada hawkish Fed telah gagal untuk meletakkan dasar di bawah dolar dan imbal hasil Treasury AS, yang menunjukkan beberapa investor tidak berbagi kepercayaan bank sentral dalam prospek ekonomi karena risiko yang ditimbulkan oleh perang perdagangan,” katanya.

Sementara dari dalam negeri, pergerakan rupiah dibayangi oleh rilis data inflasi bulan Oktober yang tidak sesuai dengan ekspektasi para analis.

Di mana, secara bulanan inflasi hanya mencapai 0,02 persen dari ekspektasi 0,12 persen. Sementara secara tahunan, inflasi hanya menyentuh 3,13 persen dari target 3,23 persen.

Rilis data inflasi yang rendah menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi kedepan akan semakin baik, walaupun kondisi global terutama perang dagang dan BREXIT yang masih belum ada penyelesaian secara pasti.

Ke depannya, pemerintah perlu segera melakukan reformasi di segala bidang terutama reformasi di bidang perpajakan, perijinan dan birokrasi.

“Begitupun juga dengan Bank Indonesia perlu terus melakukan intervensi di pasar valas dan saham-saham hipotik/Obligasi di perdagangan DNDF untuk membantu menstabilkan mata uang garuda kembali stabil di harga yang wajar,” ujarnya.

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini