MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Pasukan keamanan Myanmar mengabaikan desakan Presiden Indonesia, Joko Widodo untuk tak menggunakan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa.
Beberapa jam setelah pidato Presiden Jokowi, aparat keamanan Myanmar menembak mati sembilan penentang kudeta yang dilakukan junta militer pada awal Februari pada Jumat (19/3).
“Indonesia mendesak agar penggunaan kekerasan di Myanmar segera dihentikan. Sehingga tidak ada lagi korban berjatuhan,” tegas Presiden Jokowi di Istana Bogor dalam YouTube Setpres, Jumat, 19 Maret 2021.
Presiden Jokowi menyarankan agar Myanmar mengedepankan dialog damai dalam menyelesaikan kisruh dalam negeri. Selain itu, Presiden juga akan melakukan dialog dengan Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah yang merupakan ketua ASEAN dalam waktu dekat.
Aparat militer dan kepolisian menggunakan taktik kekerasan yang semakin meningkat demi menekan demonstrasi yang dilakukan para pendukung pemimpin terpilih yang ditahan, Aung San Suu Kyi. Meski begitu, tak menghentikan para pengunjuk rasa untuk kembali turun ke jalan.
Pasukan keamanan Myanmar melepaskan tembakan dalam konfrontasi di pusat kota Aungban ketika mereka mencoba membubarkan barikade pengunjuk rasa, media. Hal ini diceritakan oleh seorang saksi.
“Pasukan keamanan datang untuk menghilangkan penghalang, tetapi orang-orang melawan dan mereka melepaskan tembakan,” kata seorang saksi yang menolak menyebutkan namanya, melansir Reuters, Jumat, 19 Maret 2021.
Seorang pejabat layanan penguburan Aungban yang enggan menyebutkan namanya mengatakan bahwa delapan orang tewas, tujuh di tempat dan satu orang terluka yang meninggal setelah dibawa ke rumah sakit di kota terdekat, Kalaw.
Berdasarkan data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) jumlah total yang tewas dalam kerusuhan sejak demonstrasi pecah pada awal Februari telah meningkat menjadi setidaknya 233 jiwa.
Negara-negara Barat mengutuk kudeta di Myanmar dan menyerukan diakhirinya kekerasan serta pembebasan Aung San Suu Kyi. Tetangga Asia, yang dipimpin oleh Indonesia, telah menawarkan untuk membantu mencari solusi tetapi pertemuan regional pada 3 Maret gagal membuat kemajuan.
Sementara 10 negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah lama berpegang pada prinsip untuk tidak mengomentari urusan dalam negeri satu sama lain, tetapi ada tanda-tanda yang berkembang bahwa krisis Myanmar memaksa untuk melakukan penilaian ulang.