MATA INDONESIA, YOGYAKARTA – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat terjadi 47 kali guguran lava di Gunung Merapi selama sepekan terakhir.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan aktivitas tersebut tercatat pada periode 22-28 Juli 2022.
“Pada minggu ini guguran lava teramati sebanyak 47 kali ke arah barat daya dominan ke Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter,” kata Agus, Minggu 31 Juli 2022.
Aktivitas Merapi dalam sepekan ini agak lebih naik dari pekan sebelumnya. Terlihat dalam pekan ini intensitas guguran lava yang lebih banyak.
Meskipun belum ada lagi kemunculan awan panas guguran yang muncul. Menurut Agus, dalam pekan ini teramati adanya pertumbuhan di volume kubah lava bagian barat daya dan tengah.
“Berdasarkan analisis foto volume kubah lava barat daya terhitung sebesar 1.672.000 meter kubik. Dan kubah tengah sebesar 2.796.000 meter kubik,” ujarnya.
Agus menuturkan intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi. Dengan dominasi dari kegempaan guguran yang mencapai 415 kali dalam sepekan terakhir ini.
Terkait dengan deformasi Gunung Merapi yang terpantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan.
Intensitas curah hujan sebesar 0,11 mm/jam selama 60 menit sempat terjadi di Pos Kaliurang pada tanggal 22 dan 23 Juli 2022. Namun tidak terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu. Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.
Untuk potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer. Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
“Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi,” katanya.
Reporter: M Fauzul Abraar