MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Sebanyak 100 orang tewas dalam serangan di dua desa di Niger barat. Perdana Menteri, Brigi Rafini mengatakan, insiden tersebut merupakan hari paling mematikan untuk sebuah negeri yang tengah dilanda kekerasan.
Rafini mengumumkan jumlah korban tewas dalam pidato yang disiarkan di televisi nasional pada Minggu (3/1). Meski begitu, sang perdana menteri tidak mengungkapkan siapa yang bertanggung jawab atas insiden mematikan tersebut.
Berbagai sumber keamanan melaporkan bahwa sedikitnya 70 warga sipil tewas dalam serangan serentak oleh kelompok militan garis keras di desa Tchombangou dan Zaroumdareye.
Niger, sebuah negara yang terletak di barat Afrika telah berulang kali mengalami serangan militan garis geras yang memiliki keterkaitan dengan al-Qaeda dan ISIS. Kekerasan di negara yang berbatasan dengan Mali itu adalah bagian dari krisis keamanan yang lebih luas di wilayah Sahel.
Negara nan jauh di sana, Prancis bahkan turut mengerahkan pasukan dan sumber daya ke wilayah tersebut demi menekan angka kekerasan yang ditimbulkan oleh kelompok militan garis keras.
Niger juga telah menyaksikan pembunuhan balas dendam antara komunitas etnis yang bersaing, yang dipicu oleh kekerasan kelompok jihadis dan persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang langka.
Serangan tersebut terjadi pada hari yang sama ketika komisi pemilihan mengumumkan hasil dari putaran pertama pemilihan untuk menggantikan Presiden Mahamadoi Issoufou yang mengundurkan diri setelah satu dekade berkuasa.
Kandidat partai berkuasa Mohamed Bazoum, yang finis di urutan pertama, menyatakan belasungkawa kepada para korban.
“Serangan tersebut mengingatkan kita bahwa kelompok teroris merupakan ancaman besar bagi kohesi dalam komunitas, tidak seperti yang lain,” kata Bazoum, melansir Reuters, Senin, 4 Januari 2021.
