Zaragoza, Saat Dunia hanya Milik Spanyol dan Portugis

Baca Juga

MATA INDONESIA, MADRID – Hanya dua negara yang berkuasa di bumi ini. Spanyol dan Portugis. Ini semua karena Perjanjian Zaragoza yang ditandatangani kedua negara ini pada 22 April 1529.

Perjanjian ini memang tak melibatkan negara lain. Inggris dan Prancis misalnya. Padahal kedua negara itu cukup kuat di Eropa. Hal ini karena Spanyol dan Portugis mempelopori penjelajahan dunia dengan mengirimkan pelaut-pelaut terbaiknya untuk menjelajah dunia baru setelah runtuhnya Bizantium (Romawi Timur) dan penguasaan Turki Ottoman atas Konstantinopel pada 1453.

Membagi dunia menjadi dua adalah inti dari perjanjian Zaragoza sebagai tindak lanjut dari perundingan sebelumnya, yakni Perjanjian Tordesillas pada 7 Juni 1494 di Valladolid, Spanyol, atau tidak lama setelah Christopher Colombus menemukan Benua Amerika pada 1492.

Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Aleksander VI bahkan memegang peranan penting dalam Perjanjian Tordesillas. Pemimpin besar Vatikan inilah yang menentukan batas wilayah untuk Spanyol dan Portugis karena kedua kerajaan itu merupakan negara penganut Katolik yang taat.

Paus menentukan garis demarkasi (pemisah) sekitar 300 di sekitar Kepulauan Tanjung Verde, di Samudra Atlantik Utara, tepatnya pesisir barat Afrika. Spanyol memperoleh hak kepemilikan atas wilayah di sebelah barat garis, sementara Portugis di sebelah timurnya.

Para penjelajah Eropa pertama memang berasal dari Spanyol atau Portugal. Dari Spanyol, misalnya, ada

  • Christopher Columbus
  • Amerigo Vespucci
  • Ferdinand Magellan.

Sementara Portugis menugaskan

  • Bartholomeus Diaz
  • Vasco da Gama
  • Alfonso de Albuquerque.

Para pengelana ini beredar menjelajah samudera untuk menemukan wilayah baru.

Rempah-rempah

Ihwal perjanjian ini sebenarnya sederhana. Rebutan rempah-rempah. Dan celakanya rempah ini hanya ada di Indonesia. Misalnya  saat Spanyol datang ke Kepulauan Maluku. Padahal, kepulauan ini milik Portugis.

Maluku terkenal akan sumber daya rempah-rempah yang sangat laku di Eropa, memang telah diklaim oleh Portugis yang tiba pada awal November 1512.

Kehadiran Spanyol di Kepulauan Maluku membuat Portugis berang. Kebetulan, pada saat itu Kesultanan Ternate dan Tidore yang merupakan dua kerajaan Islam terbesar di Maluku sedang berseteru. Portugis memanfaatkan situasi ini dengan mendukung Ternate. Penguasa Ternate saat itu, Sultan Bayanullah, berjanji akan menyerahkan monopoli perdagangan rempah-rempah kepada Portugis. Di sisi lain, tidak ada pilihan lagi bagi Spanyol kecuali berpihak kepada Kesultanan Tidore. Maka, pecahlah perang berkepanjangan di tanah Maluku, yang melibatkan dua kesultanan serumpun dengan dibantu oleh dua negara asing yang sama-sama penganut agama Katolik.

Perseteruan antara kedua negara ini di Maluku berlangsung cukup lama. Hingga akhirnya, kedua belah pihak menyepakati untuk berunding pada 22 April 1529, yakni Perjanjian Zaragoza. Masing-masing diwakili oleh rajanya. Spanyol oleh Charles V, sedangkan Portugis oleh John III.

Secara garis besar, isi Perjanjian Zaragoza tetap membagi wilayah dunia di luar Eropa untuk Spanyol dan Portugis. Dari Meksiko ke arah barat hingga Kepulauan Filipina menjadi milik Spanyol. Sementara Portugis mendapatkan wilayah dari Brasil ke timur sampai Kepulauan Maluku.

Sebagai konsekuensi dari Perjanjian Zaragoza, maka Spanyol harus segera meninggalkan Kepulauan Maluku dan kembali fokus di Filipina. Sedangkan Portugis diperkenankan tetap melakukan aktivitasnya di Kepulauan Maluku, termasuk memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Raja John III dari Postugis harus membayar sejumlah uang kepada Raja Spanyol, Charles V, yakni sebesar 350.000 dukat. Hal ini karena Spanyol ternyata tidak sepenuhnya rela melepaskan Maluku kepada Portugis.

Perjanjian ini membuat Portugis semakin berkuasa di Maluku. Malah, negara ini punya pengaruh besar dalam urusan internal kerajaan terutama Kesultanan Ternate dan Tidore. Bahkan, Portugis menjadi pihak yang paling menentukan siapa raja yang berhak bertakhta.

Mereka dengan seenaknya menyingkirkan pemimpin rakyat yang tidak kooperatif atau membangkang, Sedangkan Spanyol hanya bisa mencuri-curi kesempatan mengais rempah-rempah dari Kepulauan Maluku.

Di Filipina, kedudukan Spanyol semakin kuat. Spanyol menjadikan Filipina sebagai koloninya selama ratusan tahun. Kemudian, sejak 1821, Filipina menjadi salah satu provinsi Spanyol.

Perjanjian ini kemudian luntur ketika muncul generasi baru negara-negara Eropa era imperialisme, termasuk Belanda, Prancis, Inggris, bahkan Amerika Serikat. Perlahan-lahan Spanyol dan Portugis bukan lagi menjadi penguasa dunia. Dua negara ini tersingkir dan akhirnya menjadi penonton saat Inggris, Prancis, Belanda berhasil menguasai separuh dunia.

Reporter : Adinda Catelina Fadjrin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini