MINEWS.ID, BERLIN – Tepat tengah malam 9 November 1989 polisi perbatasan Jerman Timur membuka gerbang di persimpangan titik di Tembok Berlin. Ribuan masyarakat Berlin Timur serentak berhamburan berlari melalui tembok tersebut tanpa hambatan.
Malam itu Jerman Timur, negara adidaya andalan blok timur pun runtuh. Pembukaan Tembok Berlin memicu serangkaian peristiwa yang menyebabkan unifikasi cepat dari Republik Federal Jerman (FRG atau Jerman Barat) dan Republik Demokratik Jerman (GDR, atau Jerman Timur) pada 3 Oktober 1990.
Untuk mengenang runtuhnya tembok ini, di kawasan ini mulai sepekan lalu (7-10 November 2019) digelar pertunjukan proyeksi cahaya yang menampilkan berbagai arsip video yang menceritakan sejarah dan kisah Tembok Berlin. Panitia peringatan juga menggelar berbagai pameran seni dan konser untuk memeriahkannya.
Dekat Gerbang Brandenburg, yang menjadi perbatasan Timur dan Barat, seniman AS, Patrick Shearn membangun karya seni yang tersusun dari potongan kertas warna-warni dan bertuliskan pesan-pesan dalam tulisan tangan dari banyak warga di berbagai penjuru Jerman.
Setelah perang dunia ke-2 berakhir, sesuai dengan perjanjian Postdam yang dicapai negara-negara sekutu, Jerman akhirnya dipecah menjadi dua bagian. Bagian Barat dikuasai oleh AS, Inggris dan Perancis yang berpaham kapital-liberal, sedangkan bagian Timur dikuasai oleh Uni Soviet yang beraliran komunis. Kedua belah pihak akhirnya sepakat mendirikan Jerman Barat dan Jerman Timur sebagai negara terpisah yang merdeka.
Sejarah mencatat, dalam kurun waktu 11 tahun, tepatnya dari tahun 1949 sampai tahun 1961, ada sekitar dua juta warga Jerman Timur, terutama kaum muda yang pindah ke Barat melewati perbatasan Jerman Timur dan Jerman Barat. Eksodus tersebut membuat ekonomi Jerman Timur menjadi buruk. Hal itu menambah ketegangan antara Uni Soviet dan negara-negara Barat yang sebelumnya sudah terjadi.
Di depan Gerbang Brandenburg itulah, pada Juni 1987, presiden AS ketika itu, Ronald Reagan, mengeluarkan pernyataan tuntutan kepada sejawatnya dari Uni Soviet: “Tuan Gorbachev, runtuhkan tembok ini.”
Dua tahun kemudian, rakyat Jerman sendiri yang merobohkan tembok itu lewat kekuatan rakyat. Wind of Change, lagu milik band asal Jerman, Scorpions pun mengalun mengiringi runtuhnya tembok Berlin.