MATA INDONESIA, JAKARTA – Kematian Vasco da Gama meninggalkan misteri yang masih diperbincangkan banyak orang. Da Gama meninggal pada perjalanan ketiganya ke Kochi, India pada 24 Desember 1524. Kematiannya disebut tak lantas menghentikan pelayarannya di lautan.
Setelah mati, jasad da Gama berlayar dari satu makam ke makam lainnya. Kisah tentang dua makam sang penjelajah, mulai dari Biara Jerónimos di Lisbon, Portugal, hingga ke sebuah gereja terkenal di Kochi, India menjadi legenda.
Vasco da Gama pertama kali dikuburkan di Gereja St. Francis di benteng Kochi. Namun, 14 tahun setelah pemakaman, Raja Portugis memutuskan jasad da Gama untuk dibawa pulang karena khawatir dengan vandalisme makam.
Jasadnya kembali dilayarkan ke tanah kelahirannya, sekaligus menjadi pelayaran terakhir. Dengan ini, kematiannya disebut tak menghalanginya tetap mengarungi lautan.
Makam pertamanya di Kochi tetap menjadi daya tarik wisatawan, meskipun dikosongkan dan dibiarkan begitu saja. Makam keduanya di Biara Jernimos, Lisbon, Portugal, ini sekaligus menjadi tempat peristirahatan terakhir baginya.
Vasco da Gama adalah seorang penjelajah dan petualang pada abad ke-15 yang meninggalkan banyak kisah sepanjang hidupnya. Ia dikenal sebagai orang yang memperluas penjelajahan laut bangsa Eropa menuju benua Timur.
Enam puluh tahun usianya dihabiskan untuk berlayar. Ia berjasa membawa ketenaran dan kejayaan bagi Portugis, juga bangsa Eropa. Di sisi lain, ia meninggalkan penderitaan untuk benua lain yang dihampirinya.
Kolonialisasinya membawa kepedihan, kematian, penyakit dan penderitaan kepada bangsa-bangsa pribumi Asia, Afrika, Amerika, dan Australia. Tapi, bagi bangsanya ia tetap dianggap sebagai pahlawan dan petualang yang tangguh. (Maropindra Bagas/RyV)