MATA INDONESIA, CAPE TOWN – Saat pelaut Portugis yang bernama Bartholomeus Diaz menemukan Tanjung Harapan, inilah awal mulanya kolonialisme dan imperialisme.
Peristiwa ini menjadi penting karena Diaz menjadi orang Eropa pertama yang berhasil mencapai Afrika Selatan. Penemuan Tanjung Harapan juga membuka rute laut dari Eropa ke Asia, dan menjadi pembuka kontak hubungan antara Eropa dengan Afrika dan Timur Jauh.
Tanjung Harapan Baik (Cape of Good Hope), atau yang lebih dikenal sebagai Tanjung Harapan, adalah sebuah tanjung bebatuan besar di laut Atlantik Selatan, yang terletak di pantai yang menghadap Samudera Atlantik di Afrika Selatan.
Bartholomeus Diaz, ksatria istana Kerajaan Portugal kala itu sedang melakukan ekspedisi guna menemukan rute perdagangan menuju Asia. Ia mendapat mandat dari Raja John II sebagai kepala ekspedisi. Kemudian, ia menyiapkan tiga kapal untuk memulai pelayarannya di bulan Agustus 1487.
Di tengah perjalanan melakukan ekspedisi, tepatnya saat mereka menyusuri pantai barat Afrika, mereka sering berhenti untuk menjelaskan kepada suku setempat bahwa mereka adalah utusan raja Portugis yang ingin mencari rute perdagangan ke India.
Di akhir tahun 1487, Diaz berhasil mencapai Walvis Bay. Kemudian ia bersama awak kapal lainnya mengitari pantai Timur Afrika, dan melanjutkan perjalanan ke arah timur.
Pada 12 Maret 1488, ia dan rombongannya memutuskan untuk berlabuh di Kwaaihoek, dekat muara Sungai Bushman karena mereka mendapat serangan ombak besar sehingga terpaksa harus mendarat di ujung benua Afrika bagian Selatan.
Ia menamai wilayah tersebut sebagai Tanjung Badai (Cape of Storms), karena daerah itu adalah daerah rawan badai. Namun pada akhirnya, namanya diganti oleh Raja John II menjadi Tanjung Harapan (Cape of Good Hope).
Adapun alasan penggantian nama itu karena di tanjung tersebut ada harapan besar yang baik untuk memudahkan rute perdagangan dengan negara Asia dan negeri timur lainnya. Sebagai informasi, ekspedisi Bartholomeus Diaz kemudian diteruskan oleh Vasco da Gama yang berhasil mencapai Malabar, India.
Flying Dutchman
Para pelaut yang singgah di Tanjung ini punya kepercayaan soal legenda kapal hantu The Flying Dutchman.
Kapal tersebut adalah kapal VOC yang berlayar dari Hindia ke Belanda. Namun ada pula yang mengatakan bahwa legenda itu berasal dari sandiwara Inggris berjudul “The Flying Dutchman” (1826) karya Edward Fitzball.
Anggapan lainnya, legenda itu adalah karya Washington Irving (1855) yang berjudul “The Flying Dutchman on Tappan Sea”.
Mengenai legendanya sendiri, di abad ke-17 kapal VOC tengah berlayar di perairan Tanjung Harapan. Ia di dinahkodai oleh Kapten Hendrik Van der Decken, seorang kapten yang gemar mabuk dan temperamental.
Namun di balik sifatnya, ia adalah satu-satunya kapten kapal VOC yang mampu melakukan pelayaran tercepat dari Batavia ke Belanda. Hingga akhirnya di tahun 1641, ketika ia tengah menahkodai kapal VOC yang mengangkut rempah-rempah dari Batavia ke Holland, cuaca tiba-tiba berubah saat kapalnya tengah berada di Tanjung Harapan.
Angin bertiup kencang dan langit berubah menjadi sangat hitam, adalah pertanda badai sebentar lagi akan menerjang. Kencangnya angin mampu merobek kain layar kapal begitu pun dengan dahsyatnya terjangan gelombang ombak yang mampu merusak kemudi kapal.
Akibatnya, kapal terombang-ambing di lautan lepas. Bersama-sama dengan seluruh awak kapalnya, ia berupaya menaklukkan badai, namun nihil. Mereka tetap saja terombang-ambing.
Merasa kesal dengan keadaan, ia melontarkan sumpah serapah kepada langit. Puncaknya adalah pada saat kapal menghantam karang, ia melontarkan sumpah “Aku akan selalu mengarungi semenanjung ini, walaupun harus tetap terus berlayar sampai hari kiamat menjelang!”.
Sejak saat itulah kapal tersebut tak pernah kembali lagi ke Belanda, bahkan tak pernah berlabuh di dermaga mana pun. Menurut catatan VOC pun, kapal tersebut hilang dan tenggelam akibat badai.
Pasca kejadian ini, banyak saksi mata yang mengatakan melihat penampakan kapal hantu yang berlayar di sekitar Tanjung Harapan. Bahkan, beberapa saksi yang melaporkan pun sempat mendokumentasikan kapal hantu itu.
Saksinya adalah Kapten Oweb. Kapten dari kapal HMS Leven, yang menuturkan ia telah dua kali melihat dari kejauhan sebuah kapal kosong terombang ambing di tengah lautan. Namun dalam sekejap mata, kapal tersebut lenyap.
Ada pula kisah dari kapal Inggris di tahun 1835. Saat itu badai menerjang kapal mereka di tengah laut. Dari kejauhan mereka melihat kapal asing yang datang mendekat. Saat jarak sudah semakin dekat dan terlihat sudah hampir menabrak, tiba-tiba kapal tersebut hilang.
Kisah lainnya terjadi di tahun 1881, di mana tiga awak kapal HMS Bacchante, termasuk Raja George V menyaksikan sendiri sebuah kapal tanpa awak yang terombang-ambing di tengah lautan. Nahasnya, salah satu dari mereka yang melihat kapal hantu itu pun tewas dalam keadaan mengerikan.
Di tahun 1942, juga ada empat saksi yang melihat sebuah kapal tanpa awak memasuki perairan Table Bay kemudian ia menghilang. Penampakan tersebut sempat ada dokumentasinya dalam catatan harian salah satu saksi.
Reporter: Intan Nadhira Safitri