MATA INDONESIA, JAKARTA – Ibrahim Datuk Tan Malaka, tokoh pahlawan yang lahir di Suliki, Sumatra Barat ini memiliki peran yang besar dalam perjuangan kemerdekaan dan revolusi Indonesia. Pria inilah yang mencetuskan konsep dari negara Republik Indonesia.
Sosoknya memang tidak setenar Bung Karno dan Bung Hatta, namun ia selalu membantu Bung Karno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia lewat Pemikirannya. Setelah 14 tahun ia meninggal, tepatnya 23 Maret 1963, Tan Malaka baru ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional oleh Bung Karno.
Beikut fakta-fakta menarik tentang Tan Malaka:
1. Musuh Dari PKI
Dahulu Tan Malaka sempat dicap sebagai komunis yang mendukung PKI karena mantan ketua PKI. Alhasil, sosoknya sempat terhapuskan dari buku-buku sejarah pada masa Orde Baru. Namun, yang sebenarnya banyak pemikiran dari Tan Malaka yang tidak disukai dan ditentang oleh kaum elite PKI. Bahkan, sejak tahun 1972, Tan malaka dianggap mengkhianati PKI karena mendirikan PARI (Partai Republik Indonesia). Dia dianggap orang yang berbahaya bagi komunisme.
Ketidaksukaan elite-elite PKI terhadap Tan Malaka terus berlanjut hingga PKI dipimpin oleh DN Aidit. Dapat dilihat dari pidatonya yang menyatakan musuh utama PKI adalah Murba (Partai yang didirikan oleh Tan Malaka) dan Malakais (isme Tan Malaka).
2. Membenci Hafalan dan Roti Keju
Selain ketidakadilan yang dihadapi masyarakat Indonesia, Tan Malaka sangat membenci hafalan. Kebenciannya terhadap metode menghafal terutama dalam mempelajari ilmu pasti yang menurutnya metode menghafal tidak berguna, kecuali untuk pengetahuan umum yang menurutnya menarik. Selain itu, Tan Malaka juga membenci roti keju lantaran terlalu seringnya ia memakan roti keju di asrama ketika masih muda. Sehingga, Tan benci melihat roti keju.
3. Selalu Dihukum Ketika Masih Muda
Tan kecil selalu kena marah akibat tindakan nekatnya. Ia pernah mendapatkan hukuman dari ayahnya, yaitu ditempatkan di pinggir jalan dengan kekang kuda agar Tan merasa malu menjadi bahan tontonan. Sang ibu tidak puas dengan Tan yang hanya dihukum seperti itu kemudian melaporkan Tan Malaka ke Guru Kepalanya utnuk memberikan hukuman pilin pusat (cabut pusar). Tan berkali-kali mendapatkan hukuman pilin pusat tersebut ketika ketahuan nakal.
4. Nama Samaran dan Penjara
Tan memiliki sedikitnya 23 nama samaran. Di antaranya Elias Fuentes Estahislau Rivera, Alisio Rivera (Filipina), Hasan Gozali (Singapura), Ossorio (Sanghai), Ong Song Lee (Hong Kong), Tan Ming Sion (Burma), Legas Hussei, Ramli Hussein, Ilyas Hussein (Indonesia), Cheung Kun Tat, Howard Lee (China). Hal ini dilakukan Tan untuk menghindari tantara Belanda, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat yang selalu berusaha untuk menangkapnya. Karena itu, Tan juga menguasai 8 bahasa yakni Minang, Indonesia, Belanda, Rusia, Jerman, Mandarin, dan Inggris. Tan juga pernah dipenjara 13 kali, di Filipina sekali (1937), di Hongkong sekali (1932) dan di Indonesia 11 kali (1922 dan 1946-1948).
5. Wasiat Soekano
Tan adalah satu dari empat tokoh yang menerima testamen politik atau surat wasiat dari Soekarno pada September 1945 untuk melanjutkannya memimpin Revolusi Indonesia jika Soekarno dan Hatta ditangkap atau dibunuh. Jasanya yang begitu besar dalam kemerdekaan Indonesia-lah yang membuatnya dipilih. Bahkan, dirinya sempat tidak menikah di usianya yang hampir tua akibat terlalu sibuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Reporter: Anggita Ayu Pratiwi