MATA INDONESIA, INSTANBUL – Suleiman I adalah Sultan Turki Utsmaniyah ke-10. Di Barat, ia yang terkenal sebagai “Suleiman the Magnificent”. Sementara di Timur, ia lebih terkenal sebagai “Al-Qanuni” atau “Pemberi Hukum”, karena berhasil menyusun kembali Undang-Undang Utsmaniyah.
Suleiman I mereformasi Undang-Undang tersebut agar sesuai dengan perubahan kekaisaran. Namun tetap, Undang-Undang tersebut tidak melanggar hukum Islam.
Ia menjadi tokoh penting di Eropa pada abad ke-16, karena berhasil menaklukkan Eropa dan menghancurkan saingan-saingan utamanya. Ia juga berhasil memajukan Kekaisaran Turki Utsmani di bidang pendidikan, ekonomi, politik, militer, sastra, artistik, hingga arsitektur.
Kehidupan
Suleiman I lahir di Trabzon, yang berada di Selatam Laut Hitam, pada 6 November 1494. Ia adalah putra dari Selim I dan Hafsa Hatun Sultan. Di usianya yang ke-7, ia sudah dikirim ke sekolah Istana Topkapi di Konstantinopel untuk belajar sastra, sejarah, sains, teologi, dan taktik militer.
Menurut sejarah, sejak kecil Suleiman memang dekat dengan sastrawan dan pemuka agama. Inilah yang menyebabkan ia mahir dalam lima bahasa, yakni bahasa Turki Utsmaniyah, Arab, Persia, Serbia, dan Chagatai. Dengan keahliannya ia menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Turki Utsmaniyah.
Saat berusia 17 tahun, ia tiga kali menjadi Gubernur dalam waktu yang singkat. Yakni Gubernur Kaffa (Theodosia), Gubernur Sarukhan (Manisa) dan Gubernur Edirne.
Ada anggapan dari beberapa sejarawan yang mengatakan bahwa Suleiman muda sangat kagum terhadap Alexander Agung. Inilah yang menyebabkan ia sangat berambisi untuk membangun kekaisaran dunia yang menguasai daerah Timur dan Barat, serta mendorongnya melakukan kampanye militer ke wilayah Eropa, Afrika, dan Asia.
Masa Kekuasaan
Meninggalnya sang ayah, membuat Suleiman kembali ke Konstatinopel untuk mengambil kekuasaan. Ia naik takhta sebagai Sultan Utsmaniyah ke-10. Ia menjadi Suleiman I dan berkuasa dari tahun 1520 hingga tahun 1566.
Suleiman I mengembangkan wilayah kekuasaannya melalui serangkaian kampanye militer. Ia melakukan kampanye militer untuk melawan kekuatan Kristen di Mediterania dan Eropa Tengah.
Secara berturut-turut, di tahun 1521 hingga 1522, Suleiman I memimpin gerakan melawan Hongaria, khususnya Belgrade, dan Rhodes. Kemudian di tahun 1526, ia berhasil mengalahkan penguasa dan kekuatan militer Hongaria.
Di tahun 1529, ia berhasil merebut Kota Budapest. Tak puas sampai di situ, ia kembali berusaha untuk menyerang Wina di tahun 1532, namun sayangnya usaha tersebut gagal dan Suleiman I terpaksa mundur sebelum mencapai kota. Kegagalan ini karena cuaca yang buruk sehingga mereka terpaksa meninggalkan alat-alat perang yang penting. Penyerangan terhadap Wina adalah penyerangan yang paling ambisius dalam sejarah Kekaisaran Turki Utsmaniyah.
Di tahun 1533 Suleiman I mengalihkan perhatiannya untuk menyerang Dinasti Safawiyah di Persia. Ia menganggap Dinasti Safawiyah adalah ancamannya karena dua faktor. Faktor pertama, Gubernur Baghdad yang loyal kepada Suleiman I terbunuh oleh Shah Tahmasp. Ia kemudian diganti dengan orang yang loyal kepada Shah. Faktor kedua, Gubernur Bitlis yang awalnya tunduk kepada Suleiman I, berkhianat dan menyatakan kesetiaan pada Dinasti Safawiyah.
Akhirnya penyerangan terhadap Dinasti Safawiyah berhasil membuat sebagian besar wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara jatuh ke tangan Kekaisaran Turki Utsmani, yang meliputi wilayah Asia Kecil (Irak, Armenia, Hejaz, Syria, dan Yaman), Asia Barat (Libya, Mesir, Aljazair, dan Tunis), serta Eropa Timur (Hongaria, Bulgaria, Rumania, Yugoslavia, Yunani, dan Albania).
Kota Aden di Yaman menjadi basis penyerangan terhadap Portugis. Ini dilakukan Suleiman I untuk membangun kembali hubungan perdagangan dengan Kekaisaran Mughal.
Ia juga memerintahkan tentara Kekaisaran Turki Utsmani untuk mendominasi Laut Mediterania ke Laut Merah melalui Teluk Persia. Dampak ekspansi ini adalah melimpahnya upeti tahunan dari daerah taklukan dan meluasnya jalur perdagangan Kekaisaran Turki Utsmani.
Ajaran Islam, kesejahteraan rakyat, perdagangan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, hingga kesusastraan, berkembang dengan sangat pesat. Suleiman I berhasil membawa puncak kejayaan Kekaisaran Turki Utsmani.
Pelanggaran
Suleiman I jatuh hati dan menikahi Hurrem Sultan atau dikenal sebagai Roxelana, seorang putri pendeta Ortodoks Ukraina, yang telah menjadi mualaf. Hurrem pernah diperbudak lalu akhirnya menjadi Harem kesukaan. Bermula sebagai selir, akhirnya Hurrem menjadi istri resmi.
Hurrem juga boleh tinggal di istana selama sisa hidupnya. Ini adalah pelanggaran-pelanggaran tradisi Utsmaniyah oleh Suleiman I. Banyak para pengawal istana dan warga Turki Utsmani tercengang.
Mengacu dari tradisi, seharusnya selir bersama dengan ahli warisnya dikirim ke provinsi terpencil dan dilarang untuk kembali, kecuali jika keturunan ahli waris tersebut menjadi penerus takhta.
Reporter: Intan Nadhira Safitri