Seorang Sastrawan dan Budayawan, Inilah Sosok Ahmad Tohari

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA  – Ahmad Tohari, seorang sastrawan dan budayawan asal yang lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948. Sebagaimana lazimnya, Toha adalah anak dari keluarga santri, pendidikan informalnya dimulai dari langgar dan pesantrennya di desa.

Tohari adalah seorang pembelajar otodidak di dunia kepengarangan dengan bakat dan hasrat yang besar. Masa awal kepengaranganya beriringan dengan pekerjaannya sebagai redaktur majalah terbitan BNI 46, Harian Merdeka, majalah Keluarga, dan Amanah di Jakarta. Tetapi kemudian ia memilih pulang dan hidup di desanya.

Nama Ahmad Tohari muncul dipertengahan tahun 1970-an dengan karyanya yang berupa cerpen berjudul “Jasa-Jasa Buat Sanwirya,” masuk sebagai salah satu dari dua belas cerpen terpilih untuk diterbitkan bersama tiga cerpen pemenang lain hasil dari Sayembara Kincir Emas 1975.

Ahmad Tohari semakin dikenal dengan empat karangan trilogi novel yaitu, Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dinihari (1985), dan Jantera Bianglala (1986). Keempat karyanya tersebut merupakan adi karya Ahmad Tohari, karena karyanya tersebut memperoleh perhatian serius dari para pengamat sastra. Ahmad Tohari juga menempatkan posisi sebagai novelis penting di Indonesia.

Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk adalah salah satu karyanya yang sangat unik, karena di sini Tohari menunjukkan perhatiannya yang sangat rinci dan lengkap mengenai kebudayaan serta pandangan dunia terhadap kelompok masyarakat.

Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk merupakan salah satu buku karya Ahmad Tohari yang telah di filmkan dengan judul “Sang Penari” tahun 2011 dan disutradarai oleh Ifan Isfansyah.

 

Reporter : Siska Juniar

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini