Sempat Frustasi, Sholes Jual Hak Paten Mesin Tik Saat Perang Sipil AS Berakhir

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tik..tik..tik suara khas di zaman sebelum ada komputer terdengar nyaring. Apalagi kalau di malam hari. Sentakan hurup di tombol beradu dengan suara gesekan kertas menjadi ciri khas seorang pekerja yang sedang menyelesaikan pekerjaannya. Itulah mesin tik.

Mesin ketik atau mesin tik adalah mesin, atau alat elektronik dengan sebuah set tombol-tombol yang ditekan, menyebabkan huruf dicetak pada dokumen, biasanya kertas. Dari awal penemuannya sebelum tahun 1870 sampai pada abad 20, mesin ketik banyak digunakan oleh para penulis dan pekerja di kantor.

Penemuan Awal

Ide mesin tik pertama kali dicetuskan oleh beberapa orang, sebelum akhirnya disempurnakan. Pada 1557, orang Italia bernama Francesco Rampazetto menciptakan mesin tik bernama Scrittura Tattile.

Henry Mill seorang insinyur pengairan di tahun 1714 memperoleh hak paten karena menciptakan sebuah mesin yang menyerupai mesin ketik. Pada saat bersamaan muncul pula penemuan kertas karbon oleh Pellegrino Turri yang merupakan salah satu cikal bakal dari komponen mesin ketik.

Lalu pada 1829, William Austin Burt mematenkan mesin dinamakan ‘Typographer’ yang dianggap sebagai mesin tik pertama.

Prototype Mesin Tik Awal
Prototype Mesin Tik Awal

Mesin ketik baru benar-benar menyerupai mesin seperti sekarang berkat jasa Christopher Latham Sholes. Ia juga menciptakan apa yang disebut  papan ketik QWERTY— baik di komputer maupun telepon genggam.

Ide penemuan Sholes berasal saat ia membaca artikel mengenai mesin cetak huruf yang terbit di Scientific American. Ia terkesima dengan gagasan itu dan bertekad mewujudkannya.

Keyakinannya bertambah saat kawannya bernama Carlos Glidden, mendorongnya untuk menciptakan mesin tersebut. Glidden menilai, Sholes tak bakal sulit membuat mesin ketik mengingat sebelumnya ia bersama Samuel W. Soule sudah lebih dulu mendapatkan hak paten lewat penemuan mesin penomoran halaman pada 1864.

Maka, bermodalkan dukungan Glidden dan Soule, Sholes pun mulai bekerja membuat mesin tik. Pemikiran Sholes apabila mesin itu jadi, beban kerja di media cetak bakal ringan. Kebetulan Sholes pernah bekerja  di bisnis percetakan dan media massa.

Nyaris Frustasi

Ternyata membuat mesin ini tak gampang. Butuh waktu bertahun-tahun sampai akhirnya Sholes menemukan mesin tik. Tak hanya banyak masalah saat pembuatan mesin tik. Misalnya bentuknya yang kelewat besar seperti piano, susunan abjad dan angka yang tak lengkap (tanpa kehadiran angka 0 dan 1). Penggunaan hurup besar dan kecil, sampai ketidaksesuaian kerja antar komponen yang memaksa mesin acapkali macet.

"<yoastmark

Situasi itu membuat Sholes frustasi. Ia nyaris menyerah dan tidak ingin melanjutkan proyeknya. Apalagi hutang mulai menumpuk karena ia tidak bekerja. Beruntung sahabatnya James Densmore memberikan support. Di bawah dorongan Densmore, Sholes kemudian bangkit dan memperbaiki segala kekurangan yang ada dalam mesin ketiknya.

Kerja keras Sholes berujung manis. Pada 23 Juni 1868, mesin ketik Sholes mendapatkan paten dari pemerintah dengan nomor 79.265. Meski sudah mendapatkan paten namun tidak otomatis selesai begitu saja. Masalah mereka selanjutnya adalah menemukan pasar: penjualan mesin ketik ini mau kemana dan kepada siapa?

Sholes dan Densmore kemudian berunding. Target pasar mereka adalah penerbitan, koran dan para pendeta. Hal ini supaya penjualan mesin tik bakal meluas dan menjadi kebutuhan masyarakat umum.

Sayangnya kondisi Amerika saat itu lagi drop. Daya beli masyarakat kurang akibat perekonomian Amerika mengalami kelesuan. Keadaan semakin kompleks, ketika mereka mencoba memasarkan kepada masyarakat. Banyak anggapan bahwa aktivitas menggunakan mesin ketik aneh. Mesin ketik bisa mendorong orang memalsukan tanda tangan serta merendahkan hasil tulisan tangan.

Berkah Perang Saudara

Namun, kondisi berubah saat memasuki akhir 1880-an. Berawal dari berakhirnya Perang Saudara Amerika. Pabrik pembuat senjata asal Ilion, New York, E. Remington & Sons sedang kebingungan karena bisnisnya terhenti. Mereka mencoba untuk mencari alternatif memproduksi mesin selain senjata. Saat Sholes bertemu dengan mereka, akhirnya terjadi kesepakatan.  Remington membeli hak kepemilikan mesin ketik Sholes senilai USD 12 ribu.

Remington memproduksi secara besar-besaran mesin ketik ke pasaran dengan nama Remington 1 pada 1873 seharga USD 125 untuk tiap mesin. Saat memproduksi mesin ini, Sholes mengembangkan model QWERTY dalam mesin ketiknya.

Mesin Tik Remington
Mesin Tik Remington

Mesin ketik perlahan diminati karena efektif membantu pekerjaan kantor seiring dengan menurunnya paradigma masyarakat akan teknologi serta penemuan baru. Di lain sisi, kehadiran Remington 1 juga membuat pabrikan lain macam Caligraph, Yost, Densmore, serta Smith-Premier guna memproduksi hal yang sama.

Pada 1890, perusahaan ini memproduksi mesin ketik QWERTY Remington sebanyak 100 ribu dan dijual ke seantero negeri. Tiga tahun berselang, kelima pabrikan mesin ketik yang ada sepakat menjadikan model QWERTY Sholes sebagai standard pembuatan mesin ketik.

Sejarah mencatat bahwa mesin ketik Sholes memang bukan yang pertama di dunia. Bukan juga mesin tik perdana yang menerima paten. Tapi, fakta menyatakan, mesin ketik hasil kerja Sholes merupakan mesin ketik pertama yang punya nilai praktis.  Faktor itulah yang membuat Sholes menjadi penemu mesin ini. Seiring waktu, model mesin ketik QWERTY temuan Sholes mulai menyesuaikan zaman dan perkembangan teknologi. Dari awalnya yang berukuran besar, beralih rupa minimalis seperti yang sekarang kita saksikan dalam komputer atau smartphone.

Reporter : Firda Padila

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini