MATA INDONESIA, JAKARTA–Saat ini, Indonesia tengah berduka akibat peristiwa nahas yang menimpa pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182. Pesawat tersebut hilang kontak pada pukul 14.40 WIB dan jatuh di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Pesawat dengan rute penerbangan Jakarta–Pontianak itu diketahui mengangkut 62 orang. Terdiri dari 50 penumpang, 7 diantaranya anak-anak dan 3 bayi dan 12 kru pesawat.
Salah satu penumpang pesawat yang turut menjadi korban ialah Rion Yogatama alias Ebod. Menurut Vivi, istri Rion, suaminya berencana akan terbang ke Pontianak menggunakan Nam Air. Namun dialihkan menggunakan Sriwijaya Air.
Vivi menjelaskan, sebelum berangkat, ia dan suaminya sempat bertukar kabar. Saat itu, Rion mengatakan akan berangkat pada pukul 13.00 WIB. Kemudian, ia menghubungi kembali suaminya pada pukul 15.00 WIB, namun tidak ada jawaban.
“Saya hubungi checklist. Kemudian, saya tanya teman sekantornya, katanya perjalanan hanya 1,5 jam” katanya.
Menurut keluarga Rion, mereka baru mengetahui kabar tersebut melaui informasi kerabat Vivi di Jakarta. Selanjutnya, mereka menghubungi beberapa teman Rion di Jakarta. Setelah melakukan berbagai pengecekan, ternyata nama Rion masuk dalam daftar penumpang Sriwijaya Air SJ-182.
Meski begitu, Vivi tetap berharap agar suami tercintanya itu selamat. “Harapannya ya suami saya selamat, tidak apa-apa, mohon doanya” katanya.
Tak hanya Vivi, kisah pilu keluarga korban Sriwijaya Air ialah Yaman Zai. Yaman kehilangan istri dan tiga orang anaknya dalam insiden ini.
Ketika tiba di Bandara Internasional Supadio, Pontianak, pria asal Pulau Nias itu tak kuat menahan tangisnya. Menurut pengakuan Yaman, ia sudah bekerja selama satu tahun di Pontianak. Karena sudah memupuk rindu yang begitu besar terhadap keluarganya, ia mengajak istri dan anak-anaknya untuk berlibur.
Yaman mengatakan jika ia terakhir berkomunikasi dengan istrinya sekitar pukul 13.30 WIB. Saat itu, ia mendapat kabar jika istrinya sudah berada di Bandara Internasional Soekarno – Hatta.
Setelah mengetahui hal tersebut, Yaman langsung bergegas menuju bandara. Sebab, waktu penerbangan antara Jakarta dan Pontianak tidak memerlukan waktu yang lama.
Setibanya di bandara, Yaman bak tersambar petir. Ia langsung menangis setelah mengetahui pesawat yang ditumpangi keluarganya itu telah hilang kontak.
“Tadi terakhir bertukar kabar jam setengah 2 siang. Mereka sudah ada di bandara. Makanya saya tunggu-tunggu, paling kan biasanya hanya satu jam sudah sampai. Tapi yang ditunggu-tunggu tidak datang. Di telepon tidak aktif’ katanya.
Begitulah sederet kisah pilu dari keluarga korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak. Tak ada yang bisa mereka lakukan, selain memanjatkan doa ke Yang Maha Kuasa
Reporter: Diani Ratna Utamis