MATA INDONESIA, JAKARTA– Jika membahas tentang musik klasik dunia, pasti yang terbesit nama Mozart dan Beethoven, komponis yang terkenal dalam sejarahnya. Namun jangan lupakan nama Richard Wagner. Ia juga adalah komposer kenamaan asal Jerman yang diakui sebagai tokoh jenius di musik klasik.
Richard Wagner dikenal sebagai komposer utama Jerman dan paling brilian dalam sejarah musik. Tanpa adanya Wagner, musik yang berkembang pada abad ke-19 ini mungkin akan terasa berbeda.
Wagner selalu memiliki pemikiran untuk bertanggung jawab terhadap orientasi opera atau drama musik. Melalui penyusunan karya-karya, ia mengeksplorasi opera yang inovatif dalam aspek seni musik klasik.
Sosok artistik Eropa yang kariernya menjulang tinggi berkat kepiawaiannya sebagai komposer juga konduktor ini menghabiskan hidupnya untuk dunia musik. Ia pun dikenal sebagai pakar teori musik dan penulis. Dalam sejarahnya, ia pernah menjabat sebagai direktur musik di Gedung Opera yang berletak di Riga, Latvia, serta membangun gedung opera sendiri bernama Bayreuth Festival Theatre.
Wagner yang punya nama lengkap Wilhelm Richard Wagner, bukan berasal dari keturunan yang cinta terhadap musik klasik. Orang tuanya jauh dari kata mengerti musik. Namun, sejak kecil lelaki kelahiran Leipzig tahun 1813 ini memang sudah menyukai dunia ‘drama musik’ hingga ia tumbuh dewasa, ia selalu membuat trobosan di luar dugaan.
Gaya musik Wagner memperkenalkan ide-ide baru dalam harmoninya, proses melodi maupun struktur dari ‘drama musik’ yang akan dimainkannya. Wagner menginspirasi dalam pengabdiannya yang luar biasa. Terutama saat ia menjelajahi batas-batas dari sistem tradisional yang akhirnya disebut akord Tristan.
Tristan und Isolde sering dianggap sebagai awal dari perpindahan dari nada harmoni ke nada konvensional. Wagner tetap merasa bahwa teori musiknya ini merupakan teori musik dramatisnya yang paling sempurna dalam karya dengan penggunaan “seni transisi” antara elemen-elemen dramatis dan keseimbangan yang telah sampai pada garis vokal dan orchestra.
Ada yang menentang musik Wagner, banyak composer lainnya yang cenderung menyesuaikan diri terhadap Wagner. Wilhelm Furtwangler berpendapat bahwa Wagner ‘mengilhami’ seluruh generasi konduktor baru, termasuk ia sendiri. Band Jernad Rammstein pun mengklaim bahwa mendapatkan inspirasi karena musik Wagner.
Wagner memberikan kontribusi besar pada prinsipnya dalam melakukan tiap hal kecil untuk ‘drama musik’ dalam kariernya. Satu buku yang pernah ditulisnya, menjelaskan tentang Counducting yang terbit tahun 1869, berisi bahwa dalam memajukan salah satu teknik yang dibuatnya yaitu Hestor Berlionz yang kemudian menjadi inspirasi banyak orang, ia selalu melakukan pendekatan melalui tingkah lakunya kepada generasi konduktor baru.
Disamping itu, masih banyak yang bertanya-tanya terkait kontroversi yang telah dibuat Wagner. Dalam salah satu karyanya, composer itu secara terang-terangan mengartikulasikan pandangannya dalam karyanya Das Judentum in der Musik tahun 1850.
Hal itu membuat timbul pemikiran yang mengidentifikasi bahwa musisi Yahudi sebagai sumber utama dari apa yang diaggapnya sebagai musik yang tidak subtansial dan terdapat nilai-nilai yang salah dalam sebuah karya seni. Ia pun kala itu juga pernah disebut Anti-semitisme.
Dilain sisi, banyak yang berpendapat bahwa anti-semitisme dari Wagner merupakan keunikan lain dari sisi pribadinya yang tidak lebih penting termasuk kreasi musiknya.
Saat itu, Wagner memang hidup pada era yang sangat krusial terhadap kaum Yahudi di Eropa, maka karya-karyanya yang dianggap dramatis dan tetap mengandung nuansa anti-semitisme menjadi hal yang tidak aneh, walau tetap saja Wagner di cap sebagai pendukung anti-semitisme.
Dua hal unik yang ada dalam Wagner adalah keindahannya dan politisnya. Salah satu karya musik dramanya ialah tentang Cincin, yang pada saat itu ia membutuhkan waktu 20 tahun untuk menyelesaikannya. Sayangnya, Wagner tutup usia karena serangan jantung pada 13 Februari 1883 diusianya yang menginjak 69 tahun.
Reporter : Irania Zulia