Richard Wagner, dari Komponis Tersohor Menjadi Pemberontak Paling Diburu

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Richard Wagner adalah seorang komponis berpengaruh asal Jerman. Pada Mei 1849 Wagner terlibat dalam ‘pemberontakan Mei di Dresden’ yang membuat ia menjadi orang paling dicari kala itu.

Pencarian yang dilakukan pemerintah terhadap dirinya membuat komponis itu hampir bunuh diri karena lari sampai kehabisan uang dan putus asa.

Pada saat itu, bantuan datang kepadanya dari Raja Bayern Ludwig II yang masih berusia 18 tahun. Ia menerima sepujuk surat yang berisi bantuan untuk bisa keluar dari derita hidup yang dihadapi.

Di Bayern, Wagner menemukan kembali tempat untuk mewujudkan visinya dalam karya seni keseluruhan. Dalam gedung teater yang dirancangnya sendiri, ia melakukan pertunjukan opera empat babak Wegner ‘Der Ring des Nibelungen.’

Jauh sebelum itu, Richard Wagner berasal dari keluarga lapisan menengah. Ayahnya Carl Friedrich Wagner adalah juru tulis polisi dan Ibunya Johanna Rosine Wagner. Wagner mempunyai nama lengkap Wilhelm Richard Wagner ini sudah sejak kecil tertarik akan dunia teater.

Wagner lahir pada 22 Mei 1813 di Leipzig, Jerman. Di usia 16 tahun, ia menonton pertunjukan perdana opera karya Beethoven ‘Fidelio’. Dari sinilah ia berkeinginan menjadi seorang komponis terkenal.

Pada usia 20 tahun, Wagner sudah mulai memimpin teater di Magdeburg. Di sana ia bertemu artis Minna Planer, hingga mereka menikah pada 1836. Wagner hidup miskin, tapi di sana ia berhasil menyelesaikan opera pertamanya ‘Rienzi’ dan ‘Der fliegende Holländer’ (The Flying Dutch). Ketika itu juga, ia mulai berkutat dengan arus revolusioner kiri pada masanya.

Karya terakhir sebelum tutup usia Wagner di Bayreuth, yakni ‘Parsifal’. Richard Wagner meninggal 13 Februari 1883 di Venezia. (Maropindra Bagas/R)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini