MATA INDONESIA, NEW YORK – Penghargaan Joseph Pulitzer adalah penghargaan bergengsi di bidang jurnalisme cetak, sastra, dan musik di Amerika Serikat. Kendrick Lamar menjadi rapper pertama di dunia yang mendapatkan penghargaan tersebut, pada 16 April 2018.
Namun tahukah? Sebenarnya nama dari penghargaan ini merupakan nama seorang jurnalis sekaligus penerbit surat kabar bergengsi Amerika Serikat asal Hungaria, bernama Joseph Pulitzer. Namanya memang sengaja jadi nama dalam sebuah ajang penghargaan terhadap para jurnalis yang berprestasi dan berdedikasi oleh Universitas Columbia di tahun 1917 sebagai bentuk penghormatan kepada Pulitzer.
Pulitzer lahir di Mako, Hungaria, pada 10 April 1847. Ia lahir dari keluarga Yahudi, orangtuanya bernama Fulop Pulitzer dan Elize, yang memiliki reputasi cukup baik dan berprofesi sebagai pedagang. Namun setelahnya sang ayah, Fulop, meninggal di tahun 1858. Bisnis mereka bangkrut dan hidup miskin. Dari sinilah Pulitzer mulai memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya dengan mendaftar ke sejumlah kedinasan militer seantero Eropa, sebelum membawa keluarganya ke Amerika Serikat.
Karier
Mengenai awal karirnya, Pulitzer adalah seorang tentara di Kerajaan Austria. Ia diberhentikan karena masalah kesehatan yang dideritanya. Kemudian di tahun 1884 ia bermigrasi ke Amerika Serikat dan menjadi anggota ketentaraan yang berdinas dalam Perang Sipil Amerika pada tahun 1861-1865.
Setelah Perang Sipil, Pulitzer menetap di New Bedford, Massachusetts dan bekerja di industri penangkapan ikan paus. Karena bosan, akhirnya ia pergi ke St.Louis, Missouri dan mencari pekerjaan di sana. Ia sempat menjadi juru rawat kuda. Ia juga pernah menjadi pelayan di Tony Faust, restoran terkenal yang menjadi tempat berkumpulnya anggota Masyarakat Filosofi St.Louis.
Kemudian, karena tidak sengaja menumpahkan bir ke pelanggan, ia dipecat dari pekerjaannya. Tidak begitu lama, Pulitzer kembali mendapat tawaran pekerjaan sebagai promotor berbicara cepat di Perkebunan Gula Louisiana. Namun sayangnya pekerjaan ini hanyalah tipuan belaka. Pulitzer melaporkan tindakan penipuan yang dialaminya ke Westliche Post, koran berbahasa Jerman di St.Louis.
Laporan Pulitzer kala itu langsung diterima oleh Westliche Post. William Patrick dan Phillip Johnson, orang yang bekerja di bagian legal Westliche Post pun terkesan dengan Pulitzer karena tulisan dalam laporannya bagaikan seorang pujangga. Mereka menyamakan Putlizer dengan pujangga asal Inggris, Wiliam Shakespeare.
Politik
Akhirnya Putlizer ditawari pekerjaan sebagai wartawan di Westliche Post. Selama menjadi wartawan, ia bekerja tak kenal lelah, 16 jam dalam sehari. Ia mendapat julukan sebagai “Joey si Jerman”. Setelah itu, di usianya yang baru 22 tahun, ia juga bergabung dengan Partai Republik, tujuan dari partai ini adalah untuk mendeklarasikan Horace Greeley sebagai presiden Amerika Serikat pada pemilu kala itu.
Di tahun 1869, ia berhasil terpilih sebagai anggota dewan di negara bagian Missouri. Akan tetapi Partai Republik mengalami kemunduran setelah gagal mengusung Horace Greeley. Akhrinya Pulitzer pindah ke Partai Demokrat.
Tahun 1872, Pulitzer membeli kepemilikan saham surat kabar Westliche Post seharga USD 3.000, berselang satu tahun ia menjual surat kabar tersebut dengan harga yang berlipat. Tujuh tahun setelahnya, yakni pada 1879, ia membeli surat kabar St Louis Dispatch dan St Louis Post. Ia kemudian menggabungkan keduanya menjadi satu dengan nama St Louis Post–Dispatch.
Nama tersebut tidak bertahan lama. Ia mengubah namanya menjadi koran St.Louis. Di masa-masa inilah kejayaan Pulitzer berawal. Ia meraih kesuksesan besar dan berhasil mengumpulkan harta kekayaannya.
Di tahun 1882, ia mengambil alih surat kabar New York World. Berkat pengelolaannya, akhirnya surat kabar ini berhasil meraup untung sejumlah USD 346.000 dalam setahun. Padahal sebelumnya telah mengalami defisit USD 40.000. Ini terjadi karena Pulitzer memainkan taktik dengan cara merombak arah pemberitaan surat kabar tersebut. Ia mengisinya dengan sajian berita-berita gosip, skandal, sensasional, hingga human interest. Saat itu media-media yang ada belum menggunakan taktik seperti ini.
Lima tahun setelahnya, Pulitzer mempekerjakan Nellie Bly, seorang jurnalis terkenal Amerika Serikat kala itu untuk memperkuat kinerja redaksi New York World.
New York World makin menjadi surat kabar yang populer setelah menyajikan serial komik berwarna, yakni komik berjudul “The Yellow Kid” karya Richard F. Outcault. Oplah koran pun kian bertambah, dari 15.000 menjadi 600.000 eksemplar per hari yang membuatnya menjadi surat kabar terbesar Amerika Serikat di masa itu.
Jurnalisme Kuning
New York World tak selamanya menjadi satu-satunya media yang memiliki popularitas besar di Amerika Serikat. Di tahun 1895, muncul pesaingnya yakni surat kabar New York Journal, milik William Randolph Hearst. Surat kabar milik Hearst ini meniru taktik Pulitzer agar berita-beritanya laku keras. Terhitung tiga tahun, kedua surat kabar hebat ini saling bersaing sengit untuk menjadi surat kabar bergengsi dan terbesar di Amerika Serikat.
Keduanya berlomba-lomba menyajikan berita-berita kontroversial bombastis, dan sensasional untuk meningkatkan oplah. Persaingan ini terkenal dengan istilah jurnalisme kuning. Hal ini karena sering menyajikan berita tak berbobot untuk mencari sensasi dan menarik minat pembaca. New York Journal juga meniru New York World dengan menyajikan komik “The Yellow Kid”.
Pulitzer bahkan pernah ke pengadilan karena tuduhan pencemaran nama baik Theodore Roosevelt, Presiden Amerika Serikat kala itu, dan pengusaha besar J.P. Morgan atas transaksi palsu pembelian Terusan Panama senilai USD 40 juta dolar.
Ini terjadi lantaran Pulitzer terlalu sering mempraktikkan jurnalisme kuning dalam surat kabarnya demi menghasilkan berita skandal sensasional. Beruntungnya, hakim membebaskan tuduhannya dengan dalih kebebasan pers.
Di tahun 1892, Pulitzer pernah menawarkan uang sejumlah USD 2 juta ke pimpinan Universitas Columbia saat itu, Seth Low, untuk mendirikan sekolah jurnalis pertama. Namun Pulitzer menolaknya.
Setelah pergantian pimpinan universitas Universitas Columbia dari Seth Low ke Nicholas Murray Butler, barulah tawaran Pulitzer tersebut terealisasikan tahun 1912. Berdirilah Sekolah Jurnalisme Universitas Missouri.
Reporter: Intan Nadhira Safitri