MATA INDONESIA, JAKARTA – Menemukan Antartika bukanlah sebuah hal yang mudah. Benua ini terbentuk tanpa adanya makhluk hidup yang tinggal di sana. Namun, saat beberapa tempat sulit untuk dijadikan rumah, banyak yang akan menjelajahi dunia.
Dalam perjalanan ini, orang-orang bertanya, apakah Polinesia memang kaum pertama yang menemukan benua es ini?
Menurut sejarah, kemungkinan besar orang Yunani Kuno adalah kaum pertama yang menemukan sebuah benua tertutup es di Selatan. Saat itu, mereka memperkirakan bahwa di Utara pun seharusnya ada hal yang sama—agar seimbang. Namanya, Arktos.
Prakiraanya orang Eropa baru menemukan benua ini pada tahun 1520 M. Seorang penjelajah Portugis bernama Ferdinan Magella yang mengelilingi tempat ini. Dia juga menemukan Selat Magellan.
Barulah beberapa ratus tahun setelahnya, orang Eropa yang menemukan benua es ini. James Cook sudah percaya diri kalau ia adalah orang pertama yang pernah kesana (1773). Sayangnya, ia harus kecewa karena 50 tahun setelahnya, ia baru tahu kebenarannya yang sebenarnya. Penjelajahan Antartika memang baru ramai setelah James Cook mengumumkan penemuannya itu.
Tapi sebelum orang Eropa menjelajahi daerah ini, ada yang sudah melakukan hal ini terlebih dahulu. Mereka merupakan pengembara keliling ke berbagai tempat selama 300 tahun. Menurut catatan, orang Polinesia dan angkatan laut mereka sudah duluan menemukan Antartika.
Polinesia memang suku yang bergantung dengan laut. Berbagai budaya mereka selalu memiliki hal yang berkaitan dengan air—apalagi kapal-kapal mereka.
Dengan kapal dan pengetahuan mereka, Polinesia bisa menjelajahi berbagai tempat. Rasanya semua daerah Pasifik sudah terlewati mereka. Pada tahun 1250 M, mereka menetap di Selandia Baru dan Pulau Paskah.
Sejarah perjalanan mereka turun dari mulut ke mulut. Seperti bagaimana nenek moyang mereka menemukan daerah dingin berisi es di Utara.
Kisah ini berasal dari Hui Te Rangiora, seorang pengembara. Ia mencatat penemuannya atas batu putih menjulang dan laut yang sangat luas. Batu dari es, walrus, juga gajah laut. Semua yang ia lihat di Antartika di perjalanannya.
Dari cerita Hui Te Rangiora, kita mengenal Tamarereti di Selandia Baru. Sebuah karakter mitos. Mitosnya menceritakan kalau ia terpesona kepada aurora yang indah. Hal ini menjadi motivasi perjalanannya ke Selatan untuk mencari tahu lebih banyak tentang alamnya. Ia takjub melihat hamparan pulau dengan es dan lingkaran arktika.
Sekembalinya ke Selandia Baru, Hui Te membawa sebuah cerita untuk masyarakat yang tinggal di sana.
Masalahnya, berbagai kisah ini tidak punya peninggalan khusus sebagai bukti. Semuanya cerita dari mulut ke mulut.
Jadi, ratusan tahun kemudian, dua penjelajah Athold Anderson dan Gerard O’Refan membuat ‘The Southern Margins Project’. Mereka melanjutkan penjelajahan Polinesia. Barulah setelah mereka menemukan Pulau Auckland jadi bukti ekspansi Polinesia di daerah Selatan.
Menurut mereka, kaum ini setidaknya menetap selama satu musim panas dengan anjing mereka. Hal ini terjadi sekitar abad ke-13 dan ke-14. Nah, karena kurangnya bukti penjelajahan tersebut, ada perdebatan tentang penemuan kutub ini.
Masalahnya, orang Eropa punya catatan tentang perjalanan mereka dan menyebar dari karya tulis yang mereka buat. Beda dengan Polinesia yang penyebarannya melalui cerita.
Ini yang terjadi dengan klaim Polinesia dan penemuan mereka. Apalagi adanya bias dalam budaya di Barat. Padahal, dulu berbagai sejarah di Eropa juga turun dari mulut ke mulut, tapi pada kasus ini, mereka menolak perlakuan yang sama untuk Polinesia.
Tapi, kalau pertimbangannya itu, cerita Hui Te Rangiora pun bukanlah sebuah kebohongan. Pasalnya, dia menceritakan apa yang ia temukan dan orang Eropa mencoba mengali lebih dalam lagi.
Walau begitu, memang sulit membuktikan kisah Hui jika dia memang hanya melewati daerah tersebut tanpa turun ke wilayahnya. Kalaupun ia sempat melakukan penjelajahan lebih dalam, situasi di Antartika pun akan terus berubah. Jadi, kita hanya bisa percaya kisah dari mulutnya. Apalagi
Setelah perdebatan, para arkeolog memutuskan bahwa Polinesia mungkin tidak benar-benar ke Antartika. Tapi memang mereka sudah mencapai Pulau Auckland. Jadi, Polinesia tidak menemukan benua tersebut walau mereka memang menjelajah sangat jauh.
Namun, tetap saja berbagai Maōri akan bersikeras kalau nenek moyang mereka tidak berbohong. Mereka percaya kalau penemuan oleh Polinesia itu memang benar adanya sebagaimana apa yang diceritakan.
Untuk memastikan hal ini, rasanya memang butuh bukti yang lebih kuat. Tapi, lmenurut peneliti, memang kemungkinan Polinesia tidak ‘mampir’ dan hanya melewati tanah es tersebut sebelum putar balik.
Sekarang, kita hanya bisa percaya cerita yang diturunkan dengan minimnya bukti konkret tentang daerah penuh es di bagian Selatan ini.
Penulis: Deandra Alika Hefandia